Entri Populer

Selasa, 02 Juni 2015

Sekilas Tentang AIDS


AIDS
(Acquired Immunodeficiency Syndrome)
A. KONSEP MEDIS
Definisi
 AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome) adalah   sekumpulan gejala  penyakit  yang menyerang tubuh manusia sesudah system kekebalannya dirusak oleh  virus HIV. Akibat kehilangan kekebalan tubuh, penderita AIDS mudah terkena berbagai jenis infeksi bakteri,jamur,parasit,dan virus tertentu yang bersifat oportunistik.Selain itu penderita AIDS sering menderita keganasan,khususnya sarcoma Kaposi dan limfoma yang hanya menyerang otak.
Etiologi
AIDS disebabkan oleh virus yang mempunyai beberapa nama yaitu HTL II, LAV, RAV. Yang nama ilmiahnya disebut Human Immunodeficiency Virus ( HIV ) yang berupa agen viral yang dikenal dengan retrovirus yang ditularkan oleh darah dan punya afinitas yang kuat terhadap limfosit T.
Faktor resiko :
Pria dgn homoseksual
  • Pria dgn biseksual
  • Pengguna IV drug
  • Transfuse darah
  • Pasangan heteroseksual dgn pasien infeksi HIV
  • Anak yang lahir dgn ibu yang terinfeksi
Patofisiologi
Menginfeksi  limfosit  T4  dan  monosit.  Partikel-2 HIV  bebas  yang  dilepas  dari  sel yang terinfeksi dpt berikatan dgn sel lain yang tidak terinfeksi.Segera setalah masuk kedlm sel, enzim dalam kompleks nukleoprotein menjadi aktif dan dimulailah siklus reproduksi.Limfosit T, monosit/makrofag adalah sel pertama yang terinfeksi. Besar kemungkinan bahwa sel dendritik berperan dalam penyebabaran HIV dalam jaringan limfoid ® fungsi sel dendritik menangkap antigen dalam epitel lalu masuk melalui kontak antar sel. Dalam beberapa hari jumlah virus dalam kelenjar berlipat ganda dan mengakibatkan viremia.  Pada saat itu jumlah virus dalam darah  ® infeksi akut. Viremia menyebabkan virus menyebar diseluruh tubuh dan menginfeksi sel T, monosit maupun makrofag dlm jaringan limfoid perifer. Sistem immun spesifik akan berupaya mengendalikan infeksi    yang nampak dari menurunnya kadar viremia.Setelah infeksi akut, berlangsung fase kedua dimana kelenjar getah bening dan limfa merupakan tempat replikasi virus dan dekstruksi jaringan secara terus menerus ® fase laten. Destruksi sel T dlm jaringan limfoid terus berlangsung sehingga jumlah sel T makin lama makin menurun (jml sel T dlm jaringan limfoid 90 % dari jml sel T diseluruh tubuh) Selama masa kronik progresif,m respon imun thdp infeksi lain akan meransang produksi HIV  dan mempercepat dekstruksi sel T, selanjutnya penyakit bertambah progresif dan mencapai fase letal yang disebut AIDS. Masa inkubasi diperkirakan bervariasi antara 2 – 5 tahun
Manifestasi klinis
Pasien AIDS secara khas punya riwayat gejala dan tanda penyakit. Pada infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) primer akut yang lamanya 1 – 2 minggu pasien akan merasakan sakit seperti flu. Dan disaat fase supresi imun simptomatik (3 tahun) pasien akan mengalami demam, keringat dimalam hari, penurunan berat badan, diare, neuropati, keletihan ruam kulit, limpanodenopathy, pertambahan kognitif, dan lesi oral.
Dan disaat fase infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) menjadi AIDS (bevariasi 1-5 tahun dari pertama penentuan kondisi AIDS) akan terdapat gejala infeksi opurtunistik, yang paling umum adalah Pneumocystic Carinii (PCC), Pneumonia interstisial yang disebabkan suatu protozoa, infeksi lain termasuk menibgitis, kandidiasis, cytomegalovirus, mikrobakterial, atipikal
a. infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV)
 gejala tidak khas dan mirip tanda dan gejala penyakit biasa seperti demam berkeringat, lesu mengantuk, nyeri sendi, sakit kepala, diare, sakit leher, radang kelenjar getah bening, dan bercak merah ditubuh.
b. Infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) tanpa gejala
Diketahui oleh pemeriksa kadar Human Immunodeficiency Virus (HIV) dalam darah akan diperoleh hasil positif.
c. Radang kelenjar getah bening menyeluruh dan menetap, dengan gejala pembengkakan kelenjar getah bening diseluruh tubuh selama lebih dari 3 bulan.
Komplikasi
a.  Lesi oral
Karena kandidia, herpes simplek, sarcoma Kaposi, gingivitis, peridonitis Human Immunodeficiency Virus (HIV), leukoplakia oral,nutrisi,dehidrasi,penurunan berat badan, keletihan dan cacat.
b. Neurologik
- kompleks dimensia AIDS karena serangan langsung Human Immunodeficiency Virus (HIV) pada sel saraf, berefek perubahan kepribadian, kerusakan kemampuan motorik, kelemahan, disfasia, dan isolasi social.
- Enselophaty akut, karena reaksi terapeutik, hipoksia, hipoglikemia, ketidakseimbangan elektrolit, meningitis / ensefalitis. Dengan efek : sakit kepala, malaise, demam, paralise, total / parsial.
-. Infark serebral kornea sifilis meningovaskuler,hipotensi sistemik, dan maranik endokarditis.
- Neuropati karena imflamasi demielinasi oleh serangan Human Immunodeficienci Virus (HIV)
c. Gastrointestinal
- Diare karena bakteri dan virus, pertumbuhan cepat flora normal, limpoma, dan sarcoma Kaposi. Dengan efek, penurunan berat badan,anoreksia,demam,malabsorbsi, dan dehidrasi.
- Hepatitis karena bakteri dan virus, limpoma,sarcoma Kaposi, obat illegal, alkoholik. Dengan anoreksia, mual muntah, nyeri abdomen, ikterik,demam atritis.
- Penyakit Anorektal karena abses dan fistula, ulkus dan inflamasi perianal yang sebagai akibat infeksi, dengan efek inflamasi sulit dan sakit, nyeri rectal, gatal-gatal dan siare.
d. Respirasi
Infeksi karena Pneumocystic Carinii, cytomegalovirus, virus influenza, pneumococcus, dan strongyloides dengan efek nafas pendek,batuk,nyeri,hipoksia,keletihan,gagal nafas.
e. Dermatologik
Lesi kulit stafilokokus : virus herpes simpleks dan zoster, dermatitis karena xerosis, reaksi otot, lesi scabies/tuma, dan dekobitus dengan efek nyeri,gatal,rasa terbakar,infeksi skunder dan sepsis.
f. Sensorik
- Pandangan : Sarkoma Kaposi pada konjungtiva berefek kebutaan
- Pendengaran : otitis eksternal akut dan otitis media, kehilangan pendengaran dengan efek nyeri.





Pencengahan
Belum ada penyembuhan untuk AIDS, jadi perlu dilakukan pencegahan Human Immunodeficiency Virus (HIV) untuk mencegah terpajannya Human Immunodeficiency Virus (HIV), bisa dilakukan dengan :
  1. Melakukan abstinensi seks / melakukan hubungan kelamin dengan pasangan yang tidak terinfeksi.
  2. Memeriksa adanya virus paling lambat 6 bulan setelah hubungan seks terakhir yang tidak terlindun
  3. Menggunakan pelindung jika berhubungan dengan orang yang tidak jelas status Human Immunodeficiency Virus (HIV) nya.
  4. Tidak bertukar jarum suntik,jarum tato, dan sebaga
  5. Mencegah infeksi kejanin / bayi baru lahir.
Apabila terinfeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV), maka terpinya yaitu :
a. Pengendalian Infeksi Opurtunistik
Bertujuan menghilangkan, mengendalikan,dan pemulihan infeksi opurtunistik,nasokomial, atau sepsis. Tidakan pengendalian infeksi yang aman untuk mencegah kontaminasi bakteri dan komplikasi penyebab sepsis harus dipertahankan bagi pasien dilingkungan perawatan kritis.
b. Terapi AZT (Azidotimidin)
Disetujui FDA (1987) untuk penggunaan obat antiviral AZT yang efektif terhadap AIDS, obat ini menghambat replikasi antiviral Human Immunodeficiency Virus (HIV) dengan menghambat enzim pembalik traskriptase. AZT tersedia untuk pasien AIDS yang jumlah sel T4 nya <>3 . Sekarang, AZT tersedia untuk pasien dengan Human Immunodeficiency Virus (HIV) positif asimptomatik dan sel T4 > 500 mm3
c. Terapi Antiviral Baru
Beberapa antiviral baru yang meningkatkan aktivitas system imun dengan menghambat replikasi virus / memutuskan rantai reproduksi virus pada prosesnya.
Obat-obat ini adalah :
·         Didanosine
·         Ribaviri
·         Diedoxycytidine
·         Recombinant CD 4 dapat larut
·         Zidovudin dengan dosis (500-600 mg sehari per os)
·         Lamivudin dengan dosis (150 mg sehari 2 kali)
·         Neviropin dengam dosis( 200 mg sehari selama 14 hari.2 kali sehari)
d. Vaksin dan Rekonstruksi Virus
Upaya rekonstruksi imun dan vaksin dengan agen tersebut seperti interferon, maka perawat unit khusus perawatan kritis dapat menggunakan keahlian dibidang proses keperawatan dan penelitian untuk menunjang pemahaman dan keberhasilan terapi AIDS.
e.       Pendidikan untuk menghindari alcohol dan obat terlarang, makan-makanan sehat,hindari stress,gizi yang kurang,alcohol dan obat-obatan yang mengganggu fungsi imun.
f.       Menghindari infeksi lain, karena infeksi itu dapat mengaktifkan sel T dan mempercepat reflikasi Human Immunodeficiency Virus (HIV).




Pemeriksaan Diagnostik
1.Tes untuk diagnosa infeksi HIV :
             ELISA, Western blot, P24 antigen test, Kultur HIV
2.Tes untuk deteksi gangguan system imun.
             Hematokrit, LED, CD4 limfosit,  Rasio CD4/CD limfosit, Serum mikroglobulin B2, Hemoglobulin
Prognosi
Sepuluh tahun setelah infeksi HIV 50% penderita mengalami AIDS. Prognosis AIDS buruk karena HIV menginfeksi sitem imun terutama sel CD4 dan akan menimbulkan destruksi sel tersebut, akibatnya banyak sekali penyakit yang dapat menyertainya.












B. KONSEP  KEPERAWATAN
Kasus
Tn.F (umur 20 tahun) mahasiswa datang kerumah sakit dengan keluhan diare, sudah dirasakan sejak sebulan lalu. Ia pun mengeluh karena diare yang dialaminya terkadang terhenti, kemudian kambuh kembali tanpa sebab. Selain diare ia mengeluh sering batuk dengan produksi sputum, bahkan seminggu yang lalu ia mengalami batuk bercampur darah berwarna merah segar. Tn, F memiliki riwayat mengkonsumsi obat-obatan sejenis sabu-sabu mulai usia 15 tahun.
1.      Pengkajian
a.       Identitas Klien :
·         Nama               :  Tn. F
·         Umur               :   20 Tahun
b.      Riwayat Penyakit
·         Keluhan Utama : Klien Mengalami Diare
·         Riwayat kesehatan sekarang : Klien Mengalami diare dan klien juga mengeluh sering batuk dengan produksi sputum, bahkan seminggu yang lalu klien  ia mengalami batuk bercampur darah merah segar.
·         Riwayat kesehatan Masa Lalu : Mengkonsumsi sabu-sabu mulai usia 15 tahun.
c.       Pengkajian fisik (objektif) dan Keluhan (subjektif)
§  Aktifitas / Istirahat
Gejala : Mudah lelah,intoleran activity,progresi malaise,perubahan pola tidur.
Tanda : Kelemahan otot, menurunnya massa otot, respon fisiologi aktifitas (Perubahan TD, frekuensi Jantun dan pernafasan ).
§  Sirkulasi
Gejala : Penyembuhan yang lambat (anemia), perdarahan lama pada cedera.
Tanda : Perubahan TD postural,menurunnya volume nadi perifer, pucat /  sianosis, perpanjangan pengisian kapiler.
§  Integritas dan Ego
Gejala : Stress berhubungan dengan kehilangan,mengkuatirkan penampilan, mengingkari doagnosa, putus asa,dan sebagainya.
Tanda : Mengingkari,cemas,depresi,takut,menarik diri, marah.
§  Eliminasi
Gejala : Diare intermitten, terus – menerus, sering dengan atau tanpa kram abdominal, nyeri panggul, rasa terbakar saat miksi
Tanda : Feces encer dengan atau tanpa mucus atau darah, diare pekat dan sering, nyeri tekan abdominal, lesi atau abses rectal,perianal,perubahan jumlah,warna,dan karakteristik urine.
§  Makanan / Cairan
Gejala : Anoreksia, mual muntah, disfagia
§  Gejala : Tidak dapat menyelesaikan AKS
Tanda : Penampilan tidak rapi, kurang perawatan diri.
§  Neurosensori
Gejala : Pusing, sakit kepala, perubahan status mental,kerusakan status indera,kelemahan otot,tremor,perubahan penglihatan.
Tanda : Perubahan status mental, ide paranoid, ansietas, refleks tidak normal,tremor,kejang,hemiparesis,kejang.
§  Nyeri / Kenyamanan
Gejala : Nyeri umum / local, rasa terbakar, sakit kepala,nyeri dada pleuritis.
Tanda : Bengkak sendi, nyeri kelenjar,nyeri tekan,penurunan rentan gerak, pincang.
§  Pernafasan
Gejala : ISK sering atau menetap, napas pendek progresif, batuk, sesak pada dada.
Tanda : Takipnea, distress pernapasan, perubahan bunyi napas, adanya sputum.
§  Keamanan
Gejala : Riwayat jatuh, terbakar,pingsan,luka,transfuse darah,penyakit defisiensi imun, demam berulang,berkeringat malam.
Tanda : Perubahan integritas kulit,luka perianal / abses, timbulnya nodul, pelebaran kelenjar limfe, menurunya kekuatan umum, tekanan umum.
§  Seksualitas
Gejala : Riwayat berprilaku seks beresiko tinggi,menurunnya libido, penggunaan pil pencegah kehamilan.
Tanda : Kehamilan,herpes genetalia
§  Interaksi Sosial
Gejala Masalah yang ditimbulkan oleh diagnosis,isolasi,kesepian,adanya trauma AIDS
Tanda : Perubahan interaksi
§  Penyuluhan / Pembelajaran
Gejala : Kegagalan dalam perawatan, prilaku seks beresiko tinggi, penyalahgunaan obat-obatan IV, merokok, alkoholik.
d.      Pemeriksaan Diagnostik
Diagnosis laboratorium dilakukan dengan dua cara :
·         Langsung : dengan isolasi virus dan sampel. Umumnya dilakukan dengan mikroskopis elektron dan antigen virus. Salah satunya dengan cara Polymerase Chain Reaction (PCR)
·         Tidak Langsung dengan melihat respon zat anti spesifik, misalnya dengan ELISA, western blot, Immunofluorescent assay (IFA) atau radio Immunofluorescent assay (RIPA).







2.      Klasifikasi Data
Data Yang Mungkin Muncul

Data Subjektif :
§  Klien mengatakan mudah lelah bila beraktivitas
§  Klien mengungkapkan kurang nafsu makan
§  Klien mengeluh mual/muntah
§  Klien mengeluh nyeri
§  Klien mengeluh berat badanya menurun
§  Klien mengeluh ada lesi pada tubuhnya

Data Objektif :
§  Klien tampak pucat
§   Penurunan lemak subkutan/massa otot
§   Adanya lesi pada rongga mulut
§  Tampak  Penurunan berat badan
§   Klien tampak lemah
§   Anoreksia
§   Klien tampak mual dan muntah












Ø  ANALISA DATA
DATA
ETIOLOGI
MASALAH
DS :
a. Klien mengeluh ada lesi pada bagian tubuhnya.
DO :
a.Tampak adanya lesi pada rongga mulut
Jumlah sel T
respon imun terhadap infeksi lain merangsang produksi HIV         
 Mempercepat destruksi Sel T        
AIDS (Fase Letal)
Sistem kekebalan tubuh
Terjadi depresi system imun
RESIKO INFEKSI






RESIKO INFEKSI

DS:
a.klien mengeluh mual/ muntah
DO:
a.Klien tampak lemah
Viremia
g.gastrointestinal
meransang    peristaltic usus
   diare
Pengeluaran cairan dan elektolit

Devisit volume cairan tubuh
Devisit volume cairan tubuh

DS :
a.klien mengeluh kurang nafsu makan.
DO:
a.Anoreksia
Mual dan muntah
Intake makanan
Anoreksi
Nutrisi kurang dari kebutuhan

Nutrisi kurang dari kebutuhan
DS:
a.klien megatakan mudah lelah jika beraktifitas
DO:
a.klien tampak lelah
Intake makanan 
  ATP   
Kelelahan
    

  Kelelahan














Ø  . Diagnosa Keperwatan
1.Resiko Infeksi b/d depresi system imun, aktifitas     yang  tdk terorganisir
2. Defisit volume cairan tubuh b/d diare berat.
3. Nutrisi kurang dari kebutuhan b/d hambatan asupan makanan (muntah/mual).
4.Pola nafas tidak efektif b/d  ekspansi paru dan melemahnya otot pernapasan.
5. Kelelahan  berhubungan dengan Penurunan Produksi Energi

























Ø  RENCANA kEPERAWATAN
NO
DIAGNOSA
TUJUAN
   INTERVENSI
            RASIONAL
1
Resiko Infeksi  b/d depresi system imun, aktifitas     yang  tdk terorganisir
Klien akan menunjukkan tanpa adanya tanda-tanda infeksi (tdk ada demam, sekresi tdk purulent
1.Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dgn pasin

2. Ciptakan lingkungan yang bersih dan ventilasi yang cukup.


3. Informasikan perlunya tindakan isolasi.






4. Kaji tanda-tanda vital termasuk suhu badan.

5. Perhatikan adanya tanda-tanda inflamasi


1.Resiko cros infeksi dpt melalui prosedur yang dilakukan.
2. Lingkungan yang kotor akan mneingkatkan pertumbuhan kuman pathogen.
3. Penurunan daya tahan tubuh memudahkan berkembangbiaknya kuman pathogen. Tindakan isolasi sebagai upaya menjauhkan dari kontak langsung dgn kuman pathogen.
4. Peningkatan suhu badan menunjukkan adanya infeksi sekunder.
5. Panas kemerahan pembengkakan merupakan tand adanya infeksi

2.
Defisit volume cairan tubuh b/d diare berat
Klien akan mempertahankan tingkat hidrasi yang adekuat
1. Pantau tanda-tanda vital.


2. Catat peningkatan suhu dan lamanya, berikan kmpres hangat, pertahankan pakaian tetap kering, kenyamanan suhu lingkungan.
3. Catat pemasukan cairan mll oral sedikitnya 2500 ml/hr


4. Berikan maknan yang mudah dicerna dan tdk merangsang


1. denyut nadi/HR meningkat, suhu tubuh menurun, TD menurun menunjukkan adanya dehidrasi.
2. Suhu badan meningkat menunjukkan adanya hipermetabolisme.

3. Mempertahankan keseimbangan, mengurangi rasa haus  dan melembabkan membrane mucosa.
4. Peningkatan peristaltic menyebabkan penyerapan cairan      pd dinding usus akan kurang.
3
Nutrisi kurang dari kebutuhan b/d hambatan asupan makanan (muntah/mual).

klien akan menunjukkan peningkatan BB ideal.
1. Kaji Kemampuan Mengunyah, Merasakan Dan Menelan.
2. Auskultasi Bising Usus.

3.Timbang Berat  sesuai kebutuhan. Ewvaluasi berat badan dalam hal adanya berat badan yang tidak sesuai
4.Hilangkan ransang lingkungan yang berbahaya atau kondisi yang memperburuk refleks gagangguan

1. Lesi pada mulut, esophagus dpt menyebabkan disfagia.
2. Hipermetabolisme saluran gastrointestinal akan menurunkan tingkat penyerapan usus.
3. Indikator kebutuhan nutrisi/ pemasukan yang adekuat.

4.Mengurangi stimulus pusat muntah di medulla
4
Pola nafas tidak efektif b/d ekspansi paru dan melemahnya otot pernapasan.

klien akan mmempertahankan pola nafas yang efektif
1. auskultasi bunyi nafas tandai daerah paru yang mengalami penurunan atau penurunan ventilasi dan munculnya bunyi akfentisius.mislnya ronghi..
2. Catat kecepatan/kedalamam pernapasan, sianosis penggunaan otot assesori/ peningkatan kerja pernapasan dan munculnya dispnea.


3. Tinggikan kepala tempat tidur. Usakan pasien berbalik menarik napas sesuai kebutuhan.
4. mata. Hisap jalan napas sesuai dengan kebutuhan,gunakan tekni streril dan gunakantindakan pencengahan,mislnya menggunakan masker,pelindung

1.Bunyi nafas tambahan menunjukkan adanya infeksi jalan nafas/peningkatan sekresi.


2.Takipnea,sianosis tak dapat beristirahat,dan peningkatan napas menunjukkan kesulitan pernapasan dan adanya kebutuhan untuk meningkatakan pengawasan / intervensi medis
3.Meningkatkan fungsi pernapasan yang obtimal dan mengurangi aspirasi atau infeksi yang ditimbulkan karena atelektasis
4.Membantu membersihkan jalan napas sehingga memungkinkan terjadinya pertukaran gas dan mencegah komplikasi pernapasan.
5.
Kelelahan b/ d Penurunan Produksi Energi
Agar Klien tidak mengalami kelelahan lagi
1. Kaji Pola tidur dan catat perubahan dalam proses berpikir/prilaku


2.Rencanakan perawatan untuk penyediaan fase istirahat.
3.Tetapkan kebehasilan aktifitas yang realistik dengan pasien
4.Pantau respon psikologis terhadap aktifitas, misalnya perubahan TD, frekuensi pernapasan atau jantung.

5.Dorong Masukan nutrisi
1.Berbagai faktor dapat meningkatkan kelelahan, termasuk kurang tidur, penyakit SSP, tekanan emosi dan efek samping obat-obatan/kemoterapi.
2.Periode istirahat yang sering sangat dibutuhkan dalam memperbaiki energi.
3.Mengusahakan kontrol diri dan perasaan  berhasil.
4.Toleransi bervariasi bergantung pada status proses penyakit, status nutrisi, keseimbangan cairan.


5.Pemasukan/ penggunaan nutrisi adekuat sangat penting bagi kebutuhan energi untuk aktivitas.
Evaluasi
  1. Klien akan menunjukkan tanpa adanya tanda-tanda infeksi (tdk ada demam, sekresi tdk purulent)
  2. Klien akan mempertahankan tingkat hidrasi yang adekuat
  3. Klien akan menunjukkan peningkatan BB ideal.
  4. Klien akan mmempertahankan pola nafas yang efektif
Implementasi
 Pada tahap implementasi ada 2 komponen yaitu :
Tindakan  keperawatan mandiri
Tindakan keperawatan mandiri dilakukan tanpa pesanan dokter.  Yang sesuai dengan stadar praktek  keperawatan.
Tindakan kolaborasi
Tindakan keperawatan kolaborasi diimplementasikan bila perawat bekerja dengan anggota tim perawatan kesehatan yang lain dalam membuat keputusan bersama yang bertujuan untuk mengatasi masalah- masalah klien

Dokumentasi
1.      Nama tindakan yang dilakukan
2.      Nama perawat yang melakukan tindakan
3.      Respon klien