Entri Populer

Jumat, 24 Oktober 2014

Doa Tahun Baru Islam

Doa Tahun Baru Islam, Sebentar Lagi Kita akan menyambut Tahun Baru islam Lho, Tahun Baru islam kali Ini Jatuh Pada tanggal 27 November 2011 atau 1 Muharam 1433 Hijriyah.
Sebelum itu Ada baiknya Jika pada Tahun baru Islam kita membaca doa di akhir tahun dan awal tahun Baru islam yang diAnjurkan dari Rasulillah SAW
Namun sebelum itu ilmuini ingin mengenal dahulu dan melihat kebelakang tentang sejarah Hijriah,
Sejarah Hijriah
Bulan Muharram bagi umat Islam dipahami sebagai bulan Hijrahnya Nabi Muhammad SAW dari Makkah ke Madinah 14 abad silam, yang sebelumnya bernama “Yastrib”. Sebenarnya  kejadian hijrah Rasulullah tersebut terjadi pada malam tanggal 27 Shafar dan sampai di Yastrib (Madinah) pada tanggal 12 Rabiul awal. Adapun pemahaman bulan Muharram sebagai bulan Hijrah Nabi, karena bulan Muharram adalah bulan yang pertama dalam kalender Qamariyah yang oleh Umar bin Khattab, yang ketika itu beliau sebagai khalifah kedua sesudah Abu Bakar, dijadikan titik awal mula kalender bagi umat Islam dengan diberi nama Tahun Hijriah.

Para shalihin mengajarkan kita untuk berdoa ketika menjelang pergantian tahun. Dan dibawah ini adalah doa akhir tahun dan awal tahun yang lafadznya cukup terkenal karena banyak terdapat di buku-buku doa.

Doa Akhir Tahun
Bacalah doa ini tiga kali saat menjelang akhir tahun baru Islam, bisa dilakukan sesudah ashar atau sebelum maghrib pada tanggal 29 atau 30 Dzulhijah. Dengan doa ini kita memohon ketika kita akan mengakhiri perjalanan tahun yang akan ditinggalkan ini akan mendapatkan ampunan dari Allah Swt. atas perbuatan-perbuatan yang dilarang oleh-Nya, dan apabila dalam tahun yang akan ditinggalkannya itu ada perbuatan-perbuatan yang diridhai oleh Allah Swt yang kita kerjakan, maka mohonlah agar amal shaleh tersebut diterima oleh Allah Swt.




















Bismillaahir-rahmaanir-rahiim
Wa shallallaahu 'ala sayyidinaa Muhammadin wa 'alaa aalihi wa shahbihii wa sallam.
Allaahumma maa 'amiltu fi haadzihis-sanati mimmaa nahaitani 'anhu falam atub minhu wa lam tardhahu wa lam tansahu wa halamta 'alayya ba'da qudratika 'alaa uquubati wa da'autani ilattaubati minhu ba'da jur'ati alaa ma'siyatika fa inni astaghfiruka fagfirlii wa maa 'amiltu fiihaa mimma tardhaahu wa wa'adtani 'alaihits-tsawaaba fas'alukallahumma yaa kariimu yaa dzal-jalaali wal ikram an tataqabbalahuu minni wa laa taqtha' rajaai minka yaa karim, wa sallallaahu 'alaa sayyidinaa Muhammadin Nabiyyil ummiyyi wa 'alaa 'aalihii wa sahbihii wa sallam
Artinya:
Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.
Semoga Allah melimpahkan rahmat dan keselamatan kepada junjungan kami Nabi Muhammad SAW,beserta para keluarga dan sahabatnya. Ya Allah, segala yang telah ku kerjakan selama tahun ini dari apa yang menjadi larangan-Mu, sedang kami belum bertaubat, padahal Engkau tidak melupakannya dan Engkau bersabar (dengan kasih sayang-Mu), yang sesungguhnya Engkau berkuasa memberikan siksa untuk saya, dan Engkau telah mengajak saya untuk bertaubat sesudah melakukan maksiat. Karena itu ya Allah, saya mohon ampunan-Mu dan berilah ampunan kepada saya dengan kemurahan-Mu.
Segala apa yang telah saya kerjakan, selama tahun ini, berupa amal perbuatan yang Engkau ridhai dan Engkau janjikan akan membalasnya dengan pahala, saya mohon kepada-Mu, wahai Dzat Yang Maha Pemurah, wahai Dzat Yang Mempunyai Kebesaran dan Kemuliaan, semoga berkenan menerima amal kami dan semoga Engkau tidak memutuskan harapan kami kepada-Mu, wahai Dzat Yang Maha Pemurah.
Dan semoga Allah memberikan rahmat dan kesejahteraan atas penghulu kami Muhammad, Nabi yang Ummi dan ke atas keluarga dan sahabatnya.

Doa Tahun Baru Islam

Doa Awal Tahun
Bacalah doa ini tiga kali saat kita memasuki tanggal 1 Muharam. Bisa dilakukan selepas maghrib atau pun sesudahnya. Dengan doa ini kita sebagai Mu'min memohon kepada Allah Swt. agar dalam memasuki tahun baru ini kita dapat meningkatkan amal kebajikan dan ketaqwaan.

















Bismillaahir-rahmaanir-rahiim
Wa shallallaahu 'alaa sayyidinaa Muhammadin wa 'alaa 'aalihi wa shahbihii wa sallam.
Allaahumma antal-abadiyyul-qadiimul-awwalu, wa 'alaa fadhlikal-'azhimi wujuudikal-mu'awwali, wa haadza 'aamun jadidun qad aqbala ilaina nas'alukal 'ishmata fiihi minasy-syaithaani wa auliyaa'ihi wa junuudihi wal'auna 'alaa haadzihin-nafsil-ammaarati bis-suu'i wal-isytighaala bimaa yuqarribuni
ilaika zulfa yaa dzal-jalaali wal-ikram yaa arhamar-raahimin, wa sallallaahu 'alaa sayyidina Muhammadin nabiyyil ummiyyi wa 'alaa 'aalihi wa shahbihii wa sallam
Artinya:
Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.
Semoga Allah senantiasa melimpahkan rahmat dan keselamatan kepada junjungan kami Nabi Muhammad SAW, beserta keluarga dan sahabatnya.
Ya Allah Engkaulah Yang Abadi, Dahulu, lagi Awal. Dan hanya kepada anugerah-Mu yang Agung dan Kedermawanan-Mu tempat bergantung.
Dan ini tahun baru benar-benar telah datang. Kami memohon kepada-Mu perlindungan dalam tahun ini dari (godaan) setan, kekasih-kekasihnya dan bala tentaranya. Dan kami memohon pertolongan untuk mengalahkan hawa nafsu amarah yang mengajak pada kejahatan,agar kami sibuk melakukan amal yang dapat mendekatkan diri kami kepada-Mu wahai Dzat yang memiliki Keagungan dan Kemuliaan. Semoga Allah senantiasa melimpahkan rahmat dan keselamatan kepada junjungan kami Nabi Muhammad SAW, Nabi yang ummi dan ke atas para keluarga dan sahabatnya.
Oke semoga artikel Doa Tahun Baru Islam yang ilmuini sajikan kali ini beranfaat Dunia akhirat.
Baca Juga : Pengertian Hilal

Sejarah Tahun Baru Islam 1 Muharram (Hijriyah)

Tahun Baru Islam 1 Muharram 1436 Hijriyah
Setiap memasuki tahun baru Islam, kaum Muslim hendaknya memiliki semangat baru untuk merancang dan melaksanakan hidup ini secara lebih baik. 
Peristiwa HIJRAH umat Islam dari Makkah ke Madinah bukan saja mengandung nilai sejarah dan strategi perjuangan, tapi juga mengandung nilai-nilai dan pelajaran berharga bagi perbaikan kehidupan umat secara pribadi dan kejayaan kaum Muslim pada umumnya.
Maka, seyogianya dalam memaknai tahun baru Islam ini, kita menggali kembali hikmah yang terkandung di balik peristiwa hijrah yang dijadikan momentum awal perhitungan Tahun Hijriyah. 

Keutamaan Tahun Hijriyah

Tahun hijriyah mulai diberlakukan pada masa Khalifah Umar bin Khattab. Sistem penanggalan Islam itu tidak mengambil nama 'Tahun Muhammad' atau 'Tahun Umar'. Artinya, tidak mengandung unsur pemujaan seseorang atau penonjolan personifikasi, tidak seperti sistem penanggalan Tahun Masehi yang diambil dari gelar Nabi Isa, Al-Masih (Arab) atau Messiah (Ibrani).

Tidak juga seperti sistem penanggalan Bangsa Jepang, Tahun Samura, yang mengandung unsur pemujaan terhadap Amaterasu O Mi Kami (dewa matahari) yang diproklamasikan berlakunya untuk mengabadikan kaisar pertama yang dianggap keturunan Dewa Matahari, yakni Jimmu Tenno (naik tahta tanggal 11 pebruari 660 M yang dijadikan awal perhitungan Tahun Samura). Atau penangalan Tahun Saka bagi suku Jawa yang berasal dari Raja Aji Saka.

Menurut dongeng atau mitos, Aji Saka diyakini sebagai raja keturunan dewa yang datang dari India untuk menetap di Tanah Jawa. 
Penetapan nama Tahun Hijriyah (al-Sanah al-Hijriyah) merupakan kebijaksanaan Khalifah Umar bin Khattab. 
Seandainya Khalifah Umar berambisi untuk mengabadikan namanya dengan menamakan penanggalan itu dengan "Tahun Umar" sangatlah mudah baginya melakukan itu. Umar tidak mementingkan keharuman namanya atau membanggakan dirinya sebagai pencetus ide sistem penanggalaan Islam itu.

Umar malah menjadikan penanggalan itu sebagai jaman baru pengembangan Islam, karena penanggalan itu mengandung makna spiritual dan nilai historis yang amat tinggi harganya bagi agama dan umat Islam. 
Selain Umar, orang yang berjasa dalam penanggalan Tahun Hijriyah adalah Ali bin Abi Thalib. Keponakan Rasulullah Saw inilah yang mencetuskan pemikiran agar penanggalan Islam dimulai penghitungannya dari peristiwa hijrah, saat umat Islam meninggalkan Makkah menuju Yatsrib (Madinah).

Dalam buku Kebangkitan Islam dalam Pembahasan (1979), Sidi Gazalba, menulis: 
''Dipandang dari ilmu strategi, hijrah merupakan taktik. Strategi yang hendak dicapai adalah mengembangkan iman dan mempertahankan kaum mukminin.'' 

Tahap Awal Daulah Islamiyah

Hijrah adalah momentum perjalanan menuju Daulah Islamiyah yang membentuk tatanan masyarakat Islam, yang diawali dengan eratnya jalinan solidaritas sesama Muslim (ukhuwah Islamiyah) antara kaum Muhajirin dan kaum Anshar.

Jalinan ukhuwah yang menciptakan integrasi umat Islam yang sangat kokoh itu telah membawa Islam mencapai kejayaan dan mengembangkan sayapnya ke berbagai penjuru bumi. Kaum Muhajirin-Anshar membuktikan, ukhuwah Islamiyah bisa membawa umat Islam jaya dan disegani. 
Bisa dimengerti, jika umat Islam dewasa ini tidak disegani musuh-musuhnya, menjadi umat yang tertindas, serta menjadi bahan permainan umat lain, antara lain akibat jalinan ukhuwah Islamiyah yang tidak seerat kaum Mujahirin-Anshar.

Dari situlah mengapa konsep dan hikmah hijrah perlu dikaji ulang dan diamalkan oleh umat Islam. Setiap pergantian waktu, hari demi hari hingga tahun demi tahun, biasanya memunculkan harapan baru akan keadaan yang lebih baik. 
Islam mengajarkan, hari-hari yang kita lalui hendaknya selalu lebih baik dari hari-hari sebelumnya. Dengan kata lain, setiap Muslim dituntut untuk menjadi lebih baik dari hari ke hari. 
Allah SWT meningatkan dalam QS 59:18,  ''Hendaklah setiap diri memperhatikan (melakukan introspeksi) tentang apa-apa yang telah diperbuatnya untuk menghadapi hari esok (alam akhirat).'' 
Pada awal tahun baru hijriyah ini, kita bisa merancang hidup agar lebih baik dengan hijrah, yakni mengubah perilaku buruk menjadi baik, melaksanakan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya.

''Muhajir adalah orang yang meninggalkan segala larangan Allah,'' sabda Rasulullah. Kita ubah ketidakpedulian terhadap kaum lemah menjadi sangat peduli dengan semangat zakat, infak, dan sedekah. 
Selain itu juga mengubah permusuhan dan konflik menjadi persaudaraan dan kerja sama, mengubah pola hidup malas-malasan menjadi giat bekerja, mengubah hidup pengangguran dan peminta-minta menjadi pekerja mandiri, dan tidak bergantung pada belas kasih orang lain.

Dengan kekuatan iman dan keeratan ukhuwah Islamiyah seperti kaum Muhajirin dan Anshar, umat Islam bisa kuat dan bahu-membahu memenangkan partai Allah (hizbullah) yang menegakkan syiar Islam berasaskan tauhid dan ukhuwah, bukan memenangkan partai setan (hizbusy syaithon) yang mengibarkan bendera kebatilan.

Sejarah Tahun Baru Islam: Kalender Hijriyah

Seperti disebutkan di atas, setidaknya ada dua nama penting dalam sejarah kalender Hijriyah, yakni 
  1. Umar bin Khathab sebagai pencetus ide penetapan kalender Islam.
  2. Ali bin Abi Thalib sebagai penggagas awal perhitungan tahun.
Dr. Hasan Ibrahim Hasan dalam Zu'amaul Islam (1953) melukiskan:

"Pada suatu hari Khalifah Umar bin Khathab memanggil dewan permusyawaratan untuk membicarakan perihal sistim penanggalan. Ali bin Ali Thalib mengusulkan agar penanggalan Islam dimulai sejak peristiwa hijrah ke Madinah sebagai momentum saat ditinggalkannya bumi musyrik. Usul Ali kemudian diterima sidang. Khalifah Umar menerima keputusan sidang dan mendekritkan berlakunya Tahun Hijriyah. Peristiwa hijrah merupakan momentum zaman baru pengembangan Islam, melandasi kedaulatan Islam serta penampilan integritas sebagai agama sepanjang zaman".

Momentum Ukhuwah Islamiyah

Sempat muncul ide, 1 Muharram ditetapkan sebagai "Hari Santri Nasional". Sebaiknya, tanggal hari santri nasional ditetapkan berdasarkan sejarah pesantren di Indonesia, misalnya pesantren pertama di Indonesia.
Jika 1 Muharram dijadikan Hari Santri Nasional, maka cakupannya akan "menyempit" menjadi hanya untuk kalangan santri atau dunia pesantren. Padahal, 1 Muharram adalah hari pertama Tahun Baru Islam (Hijriyah) yang berlaku untuk semua kaum Muslim di seluruh dunia!

Sistem Penanggalan Tahun Hijriyah merefleksikan suatu moment perjuangan umat Islam untuk tetap survive, yakni dengan hijrah dari Makkah ke Madinah. 
Dimulainya penanggalan Tahun Hijriyah dari saat hijrah, menunjukan betapa kita harus menghargai dan mengambil hikmah dari peristiwa hijrah yang merupakan struggle for life (perjuangan untuk hidup), struggle for existence (perjuangan untuk menjadi terkuat), sebagaimana dikemukakan Sidi Gazalba dalam dalam Kebangkitan Islam dalam Pembahasan (1979).
Hijrah adalah momentum perjalanan menuju Daulah Islamiyah tempat tatanan masyarakat Islam terbentuk. 
Pembangunan Daulah Islamiyah Madinah oleh Nabi Muhammad Saw diawali dengan:
  1. Pembangunan masjid (Masjid Quba) sebagai sentral aktivitas umat Islam.
  2. Penguatan rasa persaudaraan sesama Muslim (ukhuwah Islamiyah) antara kam Muhajirin dan kaum Anshar.
  3. Penyusunan Piagam Madinah sebagai "konstitusi" Negara Islam Madinah yang mengatur hubungan antar warga masyarakat Madinah, termasuk hubungan Umat Islam dengan kaum Yahudi (non-Muslim).
Kaum Muhajirin-Anshar telah mebuktikan bahwa ukhuwah Islamiyah atau solidaritas Islam bisa membawa umat Islam jaya dan disegani musuh-musuhnya. 
Daulah Islamiyah yang dibangun mereka di Madinah dengan tuntunan langsung Nabi SAW telah menunjukan toleransi yang sangat tinggi terhadap umat lain yang tidak seiman.

Maka, setiap pergantian Tahun Hijriyah, sebenarnya merupakan momentum pengeratan solidaritas sesama Muslim. 
Kita harus menegakkan bahwa sesama mukmin itu saudara, bagaikan satu bangunan yang saling menguatkan.
"Sesungguhnya orang-orang mukmin itu bersaudara" (Qs Al-Hujarat 10).

"Orang Mukmin satu dengan yang lainnya seperti sebuah bangunan, satu sama lain saling menguatkan" HR. Bukhari dan Muslim].

"Tidak sempurna iman seseorang di antara kalian hingga ia mencintai untuk saudaranya segala apa yang ia cintai untuk dirinya sendiri berupa kebaikan”. [HR al-Bukhâri dan Muslim].

"Perumpamaan kaum mukminin dalam cinta-mencintai, sayang-menyayangi dan bahu-membahu, seperti satu tubuh. Jika salah satu anggota tubuhnya sakit, maka seluruh anggota tubuhnya yang lain ikut merasakan sakit juga, dengan tidak bisa tidur dan demam". [HR Bukhari, Muslim, Ahmad].
Semoga kita memahami sejarah tahun baru Islam dengan benar, menyikapinya dengan benar, juga mampu menggali maknanya dengan benar pula hingga mampu memicu semangat hijrah dalam diri, menuju iman, ilmu, dan amal yang lebih baik. Amin...! (www.risalahislam.com).*

Rabu, 22 Oktober 2014

CARA CERDAS MENJAGA KESEHATAN

Trik Cerdas Jaga Kesehatan

Banyak orang tidak menyadari pentingnya kesehatan saat sedang sibuk dengan aktivitas. Kesehatan dirasa penting saat tubuh sudah berteriak dan Anda menghabiskan banyak uang untuk kembali sehat, bukan?
Tetap sehat tidak harus mahal kok, Moms. Ikuti tips menjaga kesehatan versi situs Good Housekeeping berikut ini untuk membantu Anda menjaga kondisi badan sekaligus menghemat biaya kesehatan ke dokter.
Mencari info latihan online
Daripada menyewa pelatih pribadi, kunjungi situs olahraga untuk mendapatkan langkah-langkah berolahraga secara gratis. Olahraga membantu Anda untuk menjaga tekanan darah, gula darah yang berbonus pada kesehatan pikiran atau mental. Begitu banyak manfaat yang bisa diperoleh dari olahraga sehingga berolahraga ringan setiap hari secara rutin akan sangat membantu daripada tidak berolahraga sama sekali.
Diet? Cobalah aplikasi gratis
Heather Stephens, dari Roscoe, IL, mengatakan: "Selama bertahun-tahun, saya telah menghabiskan banyak uang untuk program diet komersial. Lalu saya download aplikasi smartphone gratis, yang memungkinkan saya untuk merencanakan tujuan, melacak kalori, log sesi latihan dan mengawasi berat badan tanpa membayar sepeser pun". Ada banyak aplikasi diet gratis yang bisa diunduh di Internet, cobalah salah satu dan terapkan yang paling cocok untuk diet Anda.
Berhenti merokok
Pada situs SmokeFree.gov Anda dapat mengetahui tentang studi yang meneliti cara berhenti merokok. Termasuk konseling gratis via telepon dan mencoba alternatif nikotin dengan permen pengganti rokok atau terapi. Sudah banyak penelitian yang menuding rokok sebagai pemicu berbagai penyakit terutama jantung dan paru-paru. Tentu saja, akan sangat bijak jika Anda mulai membatasi rokok atau menghentikan kebiasaan tersebut agar kesehatan Anda selalu terjaga.
Belanja obat
Sementara itu, tips tambahan kami rangkum dari situs Womans Day, dalam situs tersebut disarankan ada beberapa obat yang dipasarkan secara bebas untuk meringankan beberapa gejala sekaligus seperti pilek, flu dan pereda nyeri haid. Menurut laman yang sama , obat ini akan menghemat biaya sekitar 200% dibanding mengambil obat dekongestan dan penghilang rasa sakit. Sebaliknya, untuk gejalan penyakit yang ringan seperti sakit kepala atau hidung tersumbat, Anda bisa memilih tidur yang cukup dan membeli obat dasar yang dijual di toko obat atau apotek daripada buru-buru ke dokter.
Mudah-mudahan artikel ini bermanfaat ya

by: Ilman Susilo, S. Kep

Dalam analisa ini kita mencoba memberikan satu tinjauan objektif, dan tentunya tidak terlepas dari tinjauan berdasarkan iman Kristen.
1. Perbedaan Yin-Yang dan Dualisme
Setelah mempelajari konsep pemikiran yin-yang, banyak orang akan langsung menyetarakannya dengan filsafat dualisme. Penyamaan ini sebenarnya tidaklah tepat. Mari kita memperhatikan pendapat Creel:
"Tetapi hendaknya diingat bahwa yang demikian ini (yin-yang) bukanlah dualisme macam Barat, seperti dualisme antara baik dan buruk dan antara rohani dengan jasmani. Tetapi yin dan yang saling melengkapi untuk mempertahankan keselarasan alam semesta, dan yang satu dapat berubah menjadi yang lain; demikianlah musim dingin yaitu yin, berubah menjadi musim panas, yaitu yang."998
Dualisme menekankan pemisahan kedua unsur di dalamnya, baik itu unsur jasmani dan rohani atau unsur baik dan buruk; unsur yang satu harus dipertahankan (yang positif), unsur yang lainnya dibuang (yang negatif). Tetapi yin-yang menekankan keterpaduan kedua unsur yang saling melengkapi untuk mempertahankan keselarasan. Dan bila unsur yang satu dibuang (termasuk berlebih atau berkurangnya unsur itu) akan mengakibatkan kepincangan yang bersifat merusak.
2. Persamaan Yin-Yang dan Dikhotomi
Pandangan kekristenan tentang komponen yang menyusun manusia terbagi atas dua golongan secara umum, yaitu konsep diri manusia yang dikhotomi dan trikhotomi.999 Dikhotomi menjelaskan bahwa manusia terdiri dari dua unsur: tubuh dan roh/jiwa. Pada dasarnya konsep yin-yang sangatlah selaras dengan konsep dikhotomi dalam kekristenan. Bahkan konsep yin-yang dapat memberikan penjelasan bagi kita untuk lebih mengerti dikhotomi. Baik yin-yang maupun dikhotomi, keduanya mengharuskan kehadiran kedua unsur di dalamnya, dan kedua unsur di dalamnya akan saling mempengaruhi. Bila kita hanya menekankan satu unsur dan mengabaikan unsur lain di dalamnya, maka akan timbul kepincangan (ketidakselarasan), kondisi ini sungguh berakibat negatif, merusak keutuhan. Karena meskipun kedua unsur saling bertentangan, tetapi kedua unsur itu juga saling melengkapi secara harmonis.1000 Yong Choon Kim mengatakan bahwa: "Dualisme yin-yang di dalam Taoisme bersifat relatif. Karena ia berfungsi di dalam kontradiksi-kontradiksi yang absolut, tetapi bersifat saling melengkapi dalam tujuan akhirnya, karena gerakan yang produktif dari segala hal, di alam raya."1001 Jadi perlu diusahakan satu keseimbangan antara kedua unsur di dalamnya. Dalam hal ini unsur tubuh dan jiwa/roh. Manusia dipandang utuh dengan keaktifan keduanya.
3. Perbedaan Yin-Yang dan Dikhotomi
Meskipun memiliki aspek-aspek yang sama dengan dikhotomi, yin-yang tetap memiliki perbedaan dengan dikhotomi. Dalam dikhotomi hanya ingin dijelaskan adanya unsur tubuh dan jiwa/roh yang keduanya bertentangan tetapi saling melengkapi di dalam diri manusia. Sedangkan ide yin-yang dapat diterapkan secara meluas ke segala bidang. Analogi-analogi yang meluas inilah yang kadang-kadang menyebabkan ide yin-yang dikritik habis-habisan oleh beberapa kalangan. Jadi harus kita sadari bahwa ide yin-yang juga terbatas di dalam sumbangsihnya menjelaskan beberapa aspek dalam iman Kristen.
4. Hipotesa Penciptaan
Salah satu sebab mengapa konsep yin-yang mengalami perkembangan yang cukup panjang adalah penyempurnaan-penyempurnaan konsep itu untuk dapat menyumbangkan hipotesa penciptaan jagat raya dan segala isinya. Diterangkan bahwa melalui yin yang-lah segala sesuatu yang ada di jagat raya ini tercipta. Dan kalau diajukan pertanyaan mengenai asal-muasal yin-yang itu sendiri, maka jawabannya adalah yin-yang berasal dari Chi. Chi menghasilkan yin dan yang, selanjutnya yin dan yang berperan dalam penciptaan. Kalau sampai di sini saja kita memahaminya, kita akan berpendapat bahwa konsep yin-yang mengandung ide Yang Mahakuasa Yang Esa. Tetapi sesungguhnya baik Chi maupun yin dan yang dipandang tidak berpribadi dan berdiam di dalam semua isi bumi ini. Jelas bahwa konsep ini mengacu kepada pandangan pantheisme. Chi sendiri tidaklah berpribadi. Chi hadir di mana-mana melalui materi. Allah yang dipercayai dalam Alkitab adalah Allah yang berpribadi. Jadi Hipotesa penciptaan di dalam yin-yang tidak sama dengan penciptaan di dalam Alkitab.
5. Pola Nalar "baik - ini - maupun - itu"
Lee sendiri mengakui bahwa kita tidak boleh memutlakkan salah satu dari kedua pola nalar yang diajukannya.1002 Kedua pola nalar, baik Barat dan Timur (Cina) saling melengkapi dalam menjelaskan berbagai persoalan doktrinal. Tetapi kita juga tidak boleh meremehkan pola nalar yin-yang. Karena seringkali oleh karena yin-yang ada kaitannya dengan adat istiadat Cina Kuno, maka banyak orang memandangnya sangat negatif, apalagi jika sudah mulai dikaitkan dengan hal-hal mistik. Harus kita akui bahwa sebenarnya prinsip penalaran "baik - ini - maupun - itu" dari yin-yang menjanjikan harapan yang berarti bagi penjelasan-penjelasan teologis. Khususnya menjelaskan dua hal yang selama ini dinilai paradoks dalam teologia.
6. Penggolongan Makanan Menurut Yin-Yang dan Kedokteran Modern
Meskipun memiliki sudut pandang yang berbeda dalam menilai kandungan zat makanan, pada dasarnya pandangan yin-yang tentang makanan cocok dengan penyelidikan kedokteran modern. Ini merupakan satu hal yang agak mengherankan, tetapi itulah kenyataannya. Terutama di sini adalah masalah larangan makan makanan tertentu bagi orang yang menderita suatu penyakit, ternyata pandangan Yin-yang memberikan sumbangsih yang sangat menolong. Harus disadari bahwa teori medis orang-orang Cina bersifat pseudoscietific, yang didominasi oleh fungsi yin-yang terhadap Lima Unsur yang beroperasi. Hal ini tidak sama dengan ilmu-ilmu di Barat yang langsung menunjuk kepada sifatnya, seperti astrologi, phisionomi, khronomansi dan lainnya.1003
Penggolongan makanan menurut prinsip yin-yang seperti yang didaftarkan di atas, barangkali dapat diparalelkan dengan ilmu gizi modern. Kesetaraan atau kombinasi paralelnya adalah sebagai berikut: karbohidrat setara dengan makanan netral, makanan sangat panas setara dengan lemak, makanan panas setara dengan protein, makanan dingin setara dengan vitamin dan makanan sangat dingin setara dengan mineral. Jikalau hipotesa ini dapat dibuktikan kebenarannya berarti kita telah menemukan satu konsep baru untuk pengembangan dunia medis di kemudian hari. Mudah-mudahan ada di antara para ahli medis yang terbeban untuk menyelidiki hipotesis ini lebih lanjut.
Demikianlah tinjauan singkat terhadap yin-yang. Kiranya uraian ini membuka wawasan kita untuk memandang konsep yin-yang secara lebih kritis. Janganlah kita menjadi seorang yang terlalu mudah menjelek-jelekkan konsep yin-yang, atau sebaliknya menjadikan pola nalar yin-yang untuk menjelaskan semua realitas dan menerangkan semua isi Alkitab.

PERKEMBANGAN KONSEP YIN-YANG

 
http://pinrangilman.blogspot.com/
 
Penting bagi kita untuk mengetahui sejarah perkembangan prinsip pemikiran yin dan yang, supaya kita mendapat pemahaman yang lebih lengkap. Perkembangan pemikiran yin-yang antara periode yang satu dengan yang lainnya pastilah memberikan sumbangsih tambahan terhadap yin-yang. Berikut ini diuraikan beberapa momen yang masih dapat kita lacak:
Acuan paling dini tentang yin-yang tercatat dalam kitab Kuo Yu (Perbincangan Mengenai Negara). Kitab sejarah ini mencatat bahwa pada tahun 780 SM975 ketika terjadi gempa bumi, maka ada seorang cerdik pandai yang hidup pada zaman itu memberikan penjelasan: "Manakala yang tersembunyi dan tak dapat tampak, dan manakala yin tertekan dan tak dapat menyembul, maka terjadilah gempa bumi."976
Di dalam Tao Te Ching yang ditulis oleh Lao Tzu (575-485 SM), yang hidup sezaman dengan Confusius 551-479 SM, ia memberikan penjelasan mengenai yin-yang sebagai berikut: "Tao menghasilkan satu, satu menghasilkan dua, dua menghasilkan tiga, tiga menghasilkan sepuluh ribu, sepuluh ribu membawa yin (prinsip pasif/betina) dan mencakup yang (prinsip aktif/jantan) dan melalui perpaduan dengan tenaga vital (chi) menghasilkan keharmonisan."977
Gagasan yin-yang diduga muncul pada abad IV SM. Bersamaan dengan pemunculan teori-teori peramalan dengan menggunakan angka-angka dan konsep 'Unsur Nan Lima' atau Daya Nan Lima,' yaitu kayu. api, tanah, logam dan air.978
Kelompok-kelompok terasing yang dikenal pada abad pertama mengadopsi ide ilmu dan politik dari sekolah naturalis yang dipimpin Tsouyen. Sehingga kelompok terasing itu sangat menekankan teori yin-yang.979
Di dalam karya yang berjudul "Mengenai Gagasan-Gagasan Hakiki Mazhab Nan Enam," Ssuma T'an (meninggal tahun 110 SM) mengadakan penggelompokkan atas para filsuf yang hidup beberapa abad sebelumnya menjadi 6 mazhab pokok.980 Dalam mahzab pertama langsung disebutkan yin-yang chia (mazhab yin-yang), yang adalah mazhab penganut kosmologisme.981 Pemberian nama ini didasarkan pada konsep yin-yang, yang menurut orang-orang Cina adalah dua alas pokok kosmologi Cina.982
Berdasarkan teori Liu Hsin tentang terbentuknya keenam mazhab itu, maka Fung Yu Lan memberikan kesimpulan bahwa mazhab yin-yang berasal dari para pelaku ilmu gaib (fang shih). Di mana para pelaku ilmu gaib adalah para ahli dalam bidang sihir, penujuman, peramalan bintang dan penebak angka.983
I-Ching984 (Kitab Perubahan) menjadi dasar bagi mazhab yin-yang yang mencoba menafsirkan struktur dan asal mula alam semesta. I-Ching dikenal juga dengan nama Chou-I, yang barangkali ditulis oleh para pengikut Konfusius pada tahun-tahun pertama Dinasti Han985 (sekitar tahun 206 SM)986. Dalam lampirannya banyak membicarakan yin-yang, dan sama sekali tidak membicarakan Unsur Nan Lima. Di kemudian hari kedua garis pemikiran ini bercampur. Tentang yin-yang, dapat kita mengerti dari kutipan ini: "Di dalam sistem perubahan, ada satu the Great Ultimate (T'aichi), yang menghasilkan dua model (yin dan yang). Dua model itu menghasilkan Empat Bentuk (mayor dan minor yin dan yang). Empat bentuk menghasilkan Delapan Elemen. Delapan Trigram menurunkan kebaikan dan kejahatan. Kebaikan dan kejahatan menghasilkan persoalan hidup yang besar."987
Melalui ulasan Cheng Hsuan (127-200) dalam Kitab Upacara Adat, dicoba menghubungkan mazhab Yin-yang dengan Unsur Nan Lima melalui angka-angka. Tetapi yang lebih penting untuk disimak ialah hubungan antara trigram 17) dengan yin yang. Trigram dengan ketiga garis utuh (tak terputus) disebut Ch'ien melambangkan yang dan trigram dengan ketiga garis terputus disebut Pun melambangkan yin. Maka trigram Ch'ien dan K'un dipandang paling tepat untuk menjelaskan yin-yang. Sesungguhnya Ch'ien dan K'un masing-masing adalah ayah dan ibu, sedangkan keenam trigram lainnya dalam "Lampiran-lampiran" Kitab Perubahan dinamakan sebagai "Putra-putra serta putri-putri" mereka.988
Konsep yin-yang ternyata merambah sampai ke luar daratan Cina. Terutama dua negara yang masih memiliki dasar kebudayaan yang sama dengan Cina. Kedua negara itu adalah Korea dan Jepang. Pembatasan kepada kedua negara ini tidak berarti bahwa di negara lain sama sekali tidak terjangkau oleh penyebaran ide yin-yang. Harus diakui bahwa di mana pun orang Cina berdomisili, maka ide yin-yang pasti hadir pula di sana.
Memang penyebaran ke negara-negara lain dapat mengakibatkan terjadinya sinkretisme dengan agama dan kebudayaan setempat. Tetapi kita masih dapat mengenal ide dari yin-yang itu sendiri. Agama Shinto di Jepang dipercaya oleh banyak sarjana tidak terpengaruh oleh Taoisme. Namun ide yin-yang dan Unsur Nan Lima telah tampak nyata dalam hasil karya orang-orang Jepang sejak awalnya, Seperti di dalam Kojiki dan Nihongi, dengan mite-mite dan legenda-legendanya.989 Di Korea ide yin-yang lebih dikenal dengan nama Um yang.990 Um yang dikembangkan oleh seorang pemikir Konfusianisme terbesar dalam sejarah Korea, bernama Yi Yulgok. Pandangannya mengarah kepada ketransendenan dari dualisme. Konsep Yulgok berbeda dari dualisme dalam yin-yang dan prinsip negatif dan positif dari jagat raya. Konsepnya diaplikasikan juga dalam konsep etisnya dari kesatuan segala sesuatu. Dia berusaha untuk menjauhkan dikothomi diri manusia dan unsur lain, yang disadarinya sebagai akar kejahatan, seperti misalnya terjadi kebencian dan konflik.991
Demikian perkembangan pemikiran yin-yang yang masih dapat ditelusuri.

Tiori Yin Yang dan pergerakan lima unsur (using) alam semesta

Teori Yin Yang Wu Sing merupakan dua teori, yaitu Yin Yang dan Wu Sing yang mendasari cara berpikir atau falsafah Tiongkok kuno. Teori Yin Yang menyatakan segala sesuatu yang berada di alam semesta dibentuk, dilahirkan, bergerak, berkembang, dan berubah karena dorongan atau bimbingan dua aspek yang berlawanan, yaitu aspek Yin dan aspek Yang. Hal itu menyatakan, segala sesuatu yang berada di alam semesta ini pasti terdapat aspek Ying dan aspek Yang. Di antara Yin dan Yang selain terdapat hubungan saling bertentangan, juga mempunyai hubungan saling mengandalkan, saling tarik menarik dan saling membentuk, serta pada kondisi tertentu dapat berubah dari satu aspek ke aspek lawannya.
Teori Wu Sing atau teori pergerakan lima unsur merupakan pengembangan dari teori Yin Yang. Dalam teori Wu Sing digunakan lima(5) macam benda untuk mewakili lima unsur, yaitu kayu, api, tanah, logam dan air sebagai dasar penggolongan segala sesuatu di alam semesta ini. Dengan cara penggolongan itu dapat di interpretasikan hubungan-hubungan diantara lima unsur tersebut. Berdasarkan teori Wu Sing antara kelima unsur itu mempunyai hubungan menghidupkan dan membatasi. Segala sesuatu di alam semesta ini bergerak dan berubah mengikuti kaidah pergerakan lima unsur tersebut.
Dalam ilmu kedokteran timur, teori Yin Yang Wu Sing digunakan dalam berbagai bidang, seperti fisiologi, patologi, etiologi, penganalisaan penyakit, menegakkan diagnosis, dan pengobatan.
Teori Yin Yang
Isi yang tercakup di dalam teori Ying Yang
Teori Yin Yang mencakup Yin Yang saling mengandalkan, Yin Yang saling bertentangan, Yin Yang saling menarik, dan Yin Yang dapat berubah dari satu pihak ke pihak lawannya.
Yin Yang Saling Mengandalkan
Keberadaan antara Yin dan Yang memberikan arti, keduanya dapat hadir berdampingan, hidup saling mengandalakan pihak lain dan saling membutuhkan. Hal itu berarti Ying ataupun Yang tidak dapat berdiri sendiri. Kehadiran Yin harus ditunjang Yang. Sebaliknya, kehadiran Yang juga perlu ditunjang Yin. Dengan demikian, dapat dikatakan Yin berakar pada Yang, dan Yang berakar pada Yin
U Sing adalah merupakan teori yang terpenting setelah teori yin yang. Berkembang dari teori yin yang dengan menilai sifat khusus dari lima unsur benda dalam alam semesta dan penjelasan tentang kuat lemahnya yin yang, ia menunjukkan cara penggolongan benda benda sejenis dan menjelaskan hub nya masing masing masing.
Hkum pergerakan lima unsur (WU XING)
Salah satu teori pengobatan dalam akupunktur adalah hukum lima unsur. TCM (traditional Chines Medicine) sangat erat dengan teori ini sebagai dasar diagnosa dan pengobatan. Fenomena penyakit banyak dilihat berdasarkan teori ini. Teori Pergerakan 5 Unsur hampir sama tuanya dengan teori Yin Yang dan merupakan salah satu dasar TCM yang cukup penting.
Teori Pergerakan 5 Unsur hampir sama tuanya dengan teori yin-yang dan merupakan salah satu dasar TCM yang cukup penting. Dalam buku Shang Shu yang ditulis pada dinasti Zhou Barat (1000-771 SM) menyebutkan, “The 5 elements are water, fire, wood, metal & earth …”. Demikian pula yang di tulis dalam Shang Shu Da Chuan (Great Transmission of the Valued Book) yang ditulis pada masa dinasti Han Barat (206 SM-24 M) yaitu “Water and fire provide food, metal & wood provide prosperity, and the earth makes provision …”.
Teori pergerakan lima unsur dikemukakan pertama kali pada dinasti Yin dan Zhou 1600-221 sebelum masehi. Ke lima unsur diperlukankan untuk mempertahankan kehidupan dan pembentukan materi.Teori pergerakan lima unsur dalam pengobatan trsadisional dapat diartikan sebagai fenomena fisiologis maupun patofisiologis dalam kedokteran modern.
Wu Xing adalah pergerakan dan perubahan dari lima unsur yang berupa : kayu, api, tanah, logam, air. Dimana “Wu” berarti “lima” menunjukkan lima unsur pembentuk alam semesta yang berupa kayu, api, tanah, logam dan air, sedangkan “Xing” adalah “pergerakan” dan perubahan dari kelima unsur tersebut. Dari teori inilah tubuh di kelompokkan secara anatomis jadi 5 organ, fisiologi 5 organ, jaringan 5 organ, alat indra 5 organ, aktifitas emosi 5 organ dan patologinya.
Meskipun memiliki sifat yang berbeda-beda kelima unsur tetap saling berhubungan, bergantung satu sama lain. Teori lima unsur digunakan untuk menjelaskan berbagai fenomena alam sehingga bersama-sama teori Yin Yang merupakan konsepsi untuk menganalisa seluruh fenomena. Dalam akupunktur teori lima unsur digunakan untuk menjelaskan sifat-sifat dan hubungan organ Zang Fu serta hubungan antara manusia dengan semesta alam. Di samping itu teori lima unsur digunakan pula untuk diagnosis dan terapi akupunktur.
Sifat karakteristik spesifik dasar dari setiap kelima unsur :
1. Karakteristik spesifik unsur kayu adalah harmonis, tumbuh, lurus yang artinya bahwa kayu memiliki sifat dan guna tumbuh berkembang, harmonis serasi, dapat lurus maupun bengkok. Dengan mengikuti kaedah tersebut maka segala sesuatu yang mempunyai sifat tumbuh berkembang, naik menyebar, bebas, lancar terbuka dikelompokkan dalam unsur kayu.
2. Karakteristik spesifik unsur api adalah membakar keatas yang artinya bahwa api memiliki sifat panas membara dan membumbung naik keatas, sehingga dengan mengikuti kaedah tersebut maka segala sesuatu yang memiliki sifat dan guna yang panas, membara, menguap naik keatas, terang dikelompokkan dalam unsur api.
3. Karakteristik spesifik unsur tanah adalah menyemai dan menumbuhkan tanaman yang artinya bahwa tanah memiliki sifat menerima, menumbuhkan, menahan sehingga dengan mengikuti kaedah tersebut maka segala sesuatu yang memiliki sifat dan guna menunmbuhkan dan merubah, menerima, menahan dikelompokkan dalam unsur tanah.
4. Karakteristik spesifik unsur logam adalah mengolah dan berubah, karena didalam alam bebas jarang diketemukan logam secara murni (langsung jadi), sedangkan adanya logam haruslah melalui pengolahan dan perubahan dari bahan tanah, dimana bobot dari logam adalah berat dan biasanya dipakai sebagai bahan pembunuh, sehingga dengan mengikuti kaedah tersebut maka segala sesuatu yang memiliki sifat dan guna berat tenggelam/turun, serius membunuh, bersuara, menerima dan mengkerut dikelompokkan dalam unsur logam
5. Karakteristik spesifik unsur air adalah membasahi dan turun kebawah, sehingga dengan mengikuti kaedah tersebut maka segala sesuatu yang memiliki sifat dan guna melumas, membasahi, mengalir kebawah, dingin, tertutup dan menyimpan dapat dikelompokkan dalam unsur air.
Hukum pergerakan lima unsur:
1. Hubungan Saling Membentuk/Saling Menghidupi /Ibu Dan Anak
Saling menghidupi merupakan hubungan saling menjadikan, membantu pertumbuhan, dan mempercepat perkembangan dari kelima unsur. Dimana menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang harmonis secara beraturan antara kayu, api, tanah, logam dan air. Usaha menghidupkan antara unsur yang satu dengan yang lain selalu mengikuti suatu siklus yang teratur : kayu menghidupi api, api menghidupi tanah, tanah menghidupi logam, logam menghidupi air dan air menghidupi kayu.
Siklus ini akan terus berputar dalam suatu keseimbangan yang dinamis. Hubungan saling menghidupi ini juga dikenal sebagai hubungan ibu-anak. Berdasarkan hubungan ini ada unsur yang menjadi ibu dari unsur yang lain, atau dengan kata lain suatu unsur bersifat keibuan (mengasuh,menghidupi, membentuk) terhadap unsur lain. Apabila sang ibu sakit maka anakpun bisa ikut sakit, apabila sang ibu dalam kondisi yang tidak maksimal maka unsur anakpun bisa jadi tidak maksimal.
2. Saling Membatasi
Yang dimaksud dengan saling membatasi adalah hubungan saling menahan atau saling membatasi antara kelima unsur. Secara filosofis dapat ditunjukkan bahwa air akan memadamkan api. Pohon yang tumbuh membesar akan mendesak tanah. Api akan melelehkan logam. Tanah akan membendung air. Logam akan memotong kayu.
3. Saling Menindas
Menindas dalam teori lima unsur diartikan sebagai hubungan membatasi yang terlalu berlebih terhadap unsur yang secara normal dibatasinya. Hubungan penindasan terjadi apabila unsur yang dibatasi menjadi defisien atau unsur pembatas menjadi ekses. Keadaan penindasan ini merupakan keadaan patologis yang dapat membahayakan.
4. Saling Menghina
Apabila unsur yang bersifat membatasi mempunyai kekutan lebih lemah dari yang di batasi maka akan terjadi hubungan penghinaan dari unsur yang dibatasi kepada unsur yang seharusnya membatasi. Hubungan penghinaan terjadi pada hubungan yang terbalik pada pembatasan, sebagai contoh dalam keadaan normal kayu membatasi tanah tetapi dalam keadaan patologis tanah berbalik menghina kayu akibat defisiensi kayu atau ekses tanah.
Aplikasi Teori Lima Unsur :
• Untuk menerangkan fisiologi dan patologi organ Zhang Fu
• Untuk menerangkan hubungan antara organ
• Sebagai penuntun untuk menerangkan pemeriksaan dan diagnosa penyakit
• Untuk memprediksi kondisi penyakit dan menentukan pragnosa (kemungkinan penyakit menjadi lebih parah atau baik)
• Penuntun penggunaan obat herbal dan tanaman berkhasiat obat
• Memahami penjalaran dan perubahan penyakit
• Menentukan prinsip terapi dan cara terapi

FILSAFAT MANUSIA MENURUT AHLI FILSAFAT

oleh : ILMAN SUSILO, S. Kep-http://pinrangilman.blogspot.com/

PENDAHULUAN
Banyak tulisan modern sarat dengan perasaan absurditas, kebosanan, kemuakan dan ketidak-artian. Bagaimana timbulnya semua perasaan muram ini? Jelaslah antara lain karena dua kali terjadi perang dunia yang disertai badai kekerasan, kebencian serta ketidak-manusiawian dan mengakibatkan korban berjuta-juta, ditambah lagi semua pengungsi dan orang yang kehilangan tempat tinggal. Barangkali yang paling buruk bukanlah kekerasan fisik, melainkan pembusukan kepribadian serta hati nurani karena perang memaksa manusia memainkan peranan-peranan di mana ia tidak lagi mengenal dirinya sendiri dan mengkhianati keterlibatannya. Perang seolah-olah mendorongnya untuk melakukan perbuatan-perbuatan yang menghancurkan kemungkinan untuk bertindak dengan cara yang sungguh-sungguh manusiawi. Pertanyaan yang menarik bagi kita ialah apakah kita sebagai pribadi atau sebagai masyarakat, masih sanggup memberikan suatu makna kepada kehidupan kita. Kita berefleksi tentang diri kita sendiri dan tentang pertanyaan eksistensial ini: apakah hidup kita masih mempunyai makna? Dan kalau masih ada makna yang bagaimana? Dalam tulisan ini kami berusaha untuk menampilkan beberapa filsuf yang representatif berbicara mengenai manusia. Beberapa thema yang penting yang menjadi pokok pembahasan yang digeluti misalnya seperti tentang siapakah manusia (Sokrates), makna tertinggi keberadaan manusia (Plato), esensi atau hakekat manusia (Descartes), eksistensi manusia (Kierkegaard, Sartre), tubuh manusia (Plato, Marcel). Dan akhirnya kami mengakhiri tulisan ini dengan sebuah mini eksegese dari tulisan Paulus kepada jemaat di Roma (pasal 12:1-2) yang menurut hemat kami menjadi jawaban yang mengakhiri semua perdebatan filsuf-filsuf tentang manusia.

PRE-SOKRATES — SOKRATES
Pada permulaan perkembangan pemikiran filsafat Yunani, tampaknya semata-mata berurusan dengan dunia fisik saja. Kosmologi jelas amat mengungguli penyelidikan-penyelidikan dalam cabang-cabang filsafat lainnya.
· Mazhab Milesian mengembangkan filsafat jasmaniah.
· Mazhab Pythagorean mengembangkan filsafat matematis. Aliran ini berpendapat bahwa unsur-unsur kualitatif kosmos berasal dari unsur-unsur kuantitatif, yaitu bilangan-bilangan. Mazhab ini juga menaruh perhatian yang dalam pada masalah manusia, tetapi terutama dari sudut keagamaan di dalam kelompok tertutup tempat mereka hidup.
· Para pemikir Eleatik menjadi orang-orang pertama yang menggariskan cita-cita logika. Mereka menegaskan bahwa hanya rasio yang dapat membuka jalan ke arah Ada yang benar dan nyata.
· Heraklitos berdiri pada garis perbatasan antara pemikiran kosmologis dan pemikiran antropologis. Dia menolak konsep tentang Ada yang dikemukakan Mazhab Eleatik. Bagi dia, pengenalan indrawi menjadi titik tolak yang terpecaya meskipun ia sangat menjunjung tinggi rasio (logos) sebagai kemampuan untuk mengenal, namun rasio itu sama bergerak dan terlibat dalam proses menjadi seperti segala sesuatu yang ada.
· Protagoras, seorang sofis, mengatakan bahwa bukanlah Ada yang menentukan pengenalan kita, melainkan pengenalan kita yang menentukan Ada. Jadi bukan obyektivisme, melainkan subyektivisme. Oleh sebab itu dia berpendapat bahwa “manusia adalah tolok ukur untuk segala-galanya”.

Meskipun mereka tergolong filsuf alam, namun Heraklitos sudah yakin bahwa mustahil menyelami rahasia alam tanpa mempelajari rahasia manusia. Kita harus memenuhi tuntutan akan pengenalan diri bila kita hendak tetap menguasai realitas dan memahami maknanya. Oleh sebab itu Heraklitos menyebut seluruh filsafatnya dengan dua kata edizesamen emeoton (“Aku mencari diriku sendiri”). Namun kecendrungan berpikir yang baru ini, baru matang pada masa Sokrates, sehingga persoalan tentang manusia merupakan patokan yang membedakan pemikiran Sokrates dengan pemikiran pre-Sokrates. Ungkapan Sokrates yang sangat terkenal adalah “kenalilah dirimu sendiri”. Manusia adalah makhluk yang terus-menerus mencari dirinya sendiri dan yang setiap saat harus menguji dan mengkaji secara cermat kondisi-kondisi eksistensinya. Sokrates berkata dalam Apologia, “Hidup yang tidak dikaji” adalah hidup yang tidak layak untuk dihidupi. Bagi Sokrates, manusia adalah makhluk yang bila disoroti pertanyaan yang rasional dapat menjawab secara rasional pula. Menurut Sokrates, hakekat manusia tidak ditentukan oleh tambahan-tambahan dari luar, ia semata-mata tergantung pada penilaian diri atau pada nilai yang diberikannya kepada dirinya sendiri. Semua hal yang ‘ditambahkan dari luar’ kepada manusia adalah kosong dan hampa. Kekayaan, pangkat, kemasyhuran dan bahkan kesehatan atau kepandaian semuanya tidak pokok (adiaphoron). Satu-satunya persoalan adalah kecendrungan sikap terdalam pada hati manusia. Hati nurani merupakan “hal yang tidak dapat memperburuk diri manusia, tidak dapat juga melukainya baik dari luar maupun dari dalam”.

PLATO (427 – 347 SM)
Terjadi titik balik dalam kebudayaan dan pemikiran Yunani ketika Plato menafsirkan semboyan “kenalilah dirimu sendiri” (gnothi seauton) dengan cara yang sama sekali baru. Penafsiran ini memunculkan persoalan yang tidak hanya tidak terdapat pada pemikiran pre-Sokrates, tetapi juga di luar jangkauan metode Sokrates sendiri. Untuk memenuhi permintaan orakel Delphi, untuk memenuhi kewajiban religius berupa pengkajian diri serta pengenalan diri, Sokrates mendekati manusia sebagai individu. Pendekatan Sokrates ini oleh Plato dianggap punya keterbatasan-keterbatasan. Bagi Plato, untuk memecahkan persoalan tersebut kita harus membuat rancangan yang lebih luas. Dalam pengalaman individual, kita menghadapi gejala-gejala yang demikian beraneka, rumit dan saling bertentangan, sehingga kita sulit melihatnya secara jelas. Manusia seharusnya dipelajari dari sudut kehidupan sosial dan politis. Menurut Plato, manusia adalah ibarat teks yang sulit, maknanya harus diuraikan oleh filsafat. Tapi dalam pengalaman kita sebagai pribadi, teks itu ditulis dengan huruf-huruf yang terlampau kecil sehingga tidak terbaca. Maka sebagai tugas pertama, filsafat harus ‘memperbesar’ tulisan-tulisan tersebut. Filsafat hanya dapat mengajukan teori yang memadai tentang manusia apabila sampai pada teori tentang negara. Dalam teori tentang negara, sifat-sifat manusia ditulis dengan huruf-huruf besar. Dalam teori tentang negara, arti ‘teks’ yang semula tersembunyi seketika muncul, dan apa yang semula kabur dan ruwet menjadi jelas dan dapat dibaca. Namun negara bukanlah segala-galanya, serta negara tidak mencerminkan dan tidak menyerap seluruh aktivitas manusia, meskipun kegiatan manusia dalam perkembangan sejarahnya berhubungan erat dengan bertumbuhnya negara. Plato bertitik tolak dari manusia yang harmonis serta adil dan dalam hal itu ia menggunakan pembagian jiwa atas 3 fungsi, yaitu:
· Epithymia (suatu bagian keinginan dalam jiwa).
· Thymos, (suatu bagian energik dalam jiwa).
· Logos, (suatu bagian rasional dalam jiwa dan sebagai puncak dan pelingkup).

Menurut Plato, negara diibaratkan sebagai Manusia Besar, sebagai organisme yang terdiri atas 3 bagian atau golongan yang masing-masing sepadan dengan suatu bagian jiwa, yaitu:
· Epithymia, golongan produktif yang terdiri dari buruh, petani, dan pedagang.
· Thymos, golongan penjaga yang terdiri dari prajurit-prajurit.
· Logos, golongan pejabat yang memegang pucuk pimpinan dan kekuasaan.

Plato juga mengajarkan teori tentang pra-eksistensi jiwa. Dia mengatakan sebelum kita dilahirkan, atau sebelum kita memperoleh suatu status badani, kita sudah berada sebagai jiwa-jiwa murni dan hidup di kawasan lebih tinggi di mana kita memandang suatu dunia rohani. Sejak kita dilahirkan, kita berada di bumi dan jiwa kita meringkuk dalam penjara tubuh, terbuang dari daerah tinggi itu. Karena penjelmaan dalam tubuh itu, jiwa kita tidak lagi menyadarkan diri dan dengan mendadak tidak lagi menyadari pengetahuan tentang idea-idea dalam dunia kayangan dulu. Dari sini Plato kemudian mengembangkan teori tentang manusia. Manusia pada mulanya adalah roh murni yang hidup dari kontemplasi akan yang ideal dan yang ilahi. Jadi, kemungkinan dan makna ultimate keberadaan manusia mula-mula terletak dalam kehidupan yang berkaitan erat dengan yang baik, yang benar, dan yang indah. Tetapi kita gagal mencapai kehidupan yang sebagaimana mestinya karena kita menyimpang dari kiblat idea-idea tersebut, sehingga kita langsung terhukum dengan dipenjarakannya jiwa ke dalam tubuh. Kita harus berusaha naik ke atas dan memperoleh perhatian dan cinta besar untuk dunia ideal dan ilahi itu. Akan tetapi kemungkinan untuk mewujudkan makna ini sangat dibatasi karena kita terbelenggu dalam materi. Bagi kita, dunia jasmani dan tubuh menjadi kemungkinan-kemungkinan buruk untuk tersesat lebih jauh lagi dan tenggelam dalam rawa-rawa materi dan sensual. Kemungkinan yang paling jahat ialah menyerahkan diri sepenuhnya kepada dirinya sendiri (egoisme radikal) dan kepada benda-benda jasmani (materialisme dan sensualisme). Jadi, bagi manusia, dunia dan tubuh itu bersifat ambivalen, artinya dunia serta tubuh dapat merayu dia ke arah kemungkinan-kemungkinan yang jahat, tetapi dapat juga mendorong dia kepada kemungkinan-kemungkinan yang baik. Manusia memiliki suatu daya yang kuat dan gemilang yang dapat mendorong dia ke atas, yaitu cinta (eros). Eros adalah daya kreatif dalam diri manusia, pencetus kehidupan, inspirator para penemu, seniman dan genius. Eros memenuhi kita dengan semangat kebersamaan, membebaskan kita dari kesendirian kita, dan mengajak kita ke pesta, musik, tarian, dan permaian. Plato menyebutnya sebagai “bapak segala kehalusan, segala kepuasan dan kelimpahan, segala daya tarik, keinginan dan asmara”. Eros mendorong kita semakin tinggi, sehingga kita dapat beralih dari cinta yang kelihatan kepada cinta yang tidak kelihatan, ideal, ilahi. Menurut Plato, kematian hanyalah permulaan suatu reinkarnasi baru yang lebih rendah atau lebih tinggi daripada keberadaannya sebelumnya. Dalam karyanya: Phaidros, Plato berkata bahwa setelah 10.000 tahun, jiwa akan kembali ke asal usulnya. Jadi menurut pandangan Plato, manusia mempunyai banyak jiwa dan banyak manusia individu.

RENE DESCARTES (1596-1650)
Filsafat Rasionalismenya membawa dampak terhadap pandangan tentang manusia. Pemikiran-pemikiran penting dalam filsafatnya:
· Ada dua bentuk realitas yang berbeda, dua “substansi”. Yang pertama adalah gagasan (res cogitan), atau “pikiran”, dan yang kedua adalah perluasan (res extensa). Pikiran itu adalah kesadaran, tidak mengambil tempat dalam ruang. Materi adalah perluasan, mengambil tempat dalam ruang dan tidak mempunyai kesadaran.
· Kedua substansi tersebut tidak mempunyai hubungan satu sama lain. Pikiran sama sekali tidak tergantung pada materi, sebaliknya proses materi juga tidak tergantung pada pikiran à dualisme.
· Manusia adalah makhluk ganda yang mempunyai pikiran dan badan perluasan. Apa yang kita pikirkan dengan akal kita tidak terjadi di dalam badan – itu terjadi di dalam pikiran, yang sama sekali tidak tergantung pada realitas perluasan. Namun Descartes tidak dapat menyangkal bahwa ada interaksi konstan antara pikiran dan badan. Interaksi konstan berlangsung antara “roh” dan “materi”. Pikiran dapat selalu dipengaruhi oleh perasaan dan nafsu yang berkaitan dengan kebutuhan-kebutuhan badaniah. Namun pikiran dapat menjauhkan diri dari impuls-impuls ‘tercela’ semacam itu dan bekerja tanpa tergantung pada badan (jika aku merasakan sakit yang amat-sangat pada perutku, jumlah sudut dalam sebuah segitiga tetap 180 derajat. Maka manusia mempunyai kemampuan untuk bangkit mengatasi kebutuhan-kebutuhan badaniah dan bertindak secara rasional. Dalam hal ini pikiran lebih unggul daripada badan.

SÖREN KIERKEGAARD (1813-1855)
Sebagai Bapak Eksistensialisme, pandangan filosofis Kierkegaard tentunya banyak membahas tentang manusia, khususnya eksistensinya. Beberapa point yang penting dalam filsafatnya:
· Individu tidak ditempatkan di hadapan Ketiadaan, melainkan di hadapan Tuhan.
· Dia menganggap Hegelianisme sebagai ancaman besar untuk individu, untuk manusia selaku persona.
· Yang harus dipersoalkan terutama subyektivitas dari kebenaran, yaitu bagaimana kebenaran dapat menjelma dalam kehidupan individu. Kebenaran obyektif – termasuk agama – harus mendarah daging dalam si individu.
· Yang penting ialah bahwa aku memahami diriku sendiri, bahwa kulihat dengan jelas apa yang Tuhan kehendaki sungguh-sungguh agar aku perbuat. Yang terutama kubutuhkan ialah mendapatkan suatu kebenaran yang adalah benar untuk aku, suatu ide yang bisa mengilhami kehidupan dan kematianku. Apakah gunanya menemukan suatu kebenaran yang disebut obyektif dan mempelajari semua sistem filosofis . Sejauh mana ada baiknya bagiku dapat menjelaskan arti agama Kristen bila agama itu tidak mempunyai arti mendalam untuk aku sendiri dan kehidupanku .” Kierkegaard mencari
kebenaran yang konkret serta eksistensial, suatu pengetahuan yang dihayati (connaissance vécue), a real knowledge.
· Dia membedakan manusia dalam stadium estetis, etis dan religius.
· Pada stadium estetis manusia membiarkan diri dipimpin oleh sejumlah besar kesan-kesan indrawi, mengikuti prinsip kesenangannya, lebih dijadikan hidup daripada ia hidup sendiri. Manusia menyibukkan diri dengan rupa-rupa hal, tetapi ia tidak melibatkan diri; ia hanya tinggal seorang penonton yang berminat. Ia bisa menjadi seorang hedonis yang sempurna, seorang “perayu” seperti Don Juan, atau seorang yang “sok tahu” dan seorang Sofis (mis. Mendalami filsafat dan teologi).
· Kebosanan, kekurangsenangan dan kecemasan memimpin seseorang ke arah stadium etis. Mulai mekar keinsafan akan kemungkinan-kemungkinan kita, akan kebebasan, tanggung jawab dan kewajiban kita. Kita sampai pada diri kita sendiri, menggantungkan kehidupan kita pada norma, bertumbuh menjadi persona. Kita semakin mengikat diri, dari penonton menjadi pelaku, kita melibatkan diri. Dalam stadium ini juga, manusia menyadari keadaannya yang tragis dan bercacat; ia menginsafi bahwa ia penuh kekurangan. Ia akan merasa jengkel karena ketidaksempurnaannya serta ketidaksanggupan morilnya dan mungkin akan memberontak terhadap seluruh tatanan etis.
· Manusia bisa merasa dirinya kecil dan tidak berdaya sambil mendambakan topangan serta bantuan Tuhan, yang mengulurkan tangan-Nya untuk membantu manusia yang terkoyak-koyak (bandingkan Mat 5:3). Bila kita menangkap tangan ini dan membuka diri untuk Tuhan, maka kita tiba pada stadium religius. Sebagai orang Kristen – ia berani menerjunkan diri ke dalam petualangan untuk – dengan ketidakpastian intelektual yang besar – mempertaruhkan seluruh jiwa raganya demi mengikuti jejak Kristus. Iman kepercayan Kristiani itu bersifat paradoks, sebagaimana Kristus merupakan Paradoks besar yang mempersatukan keabadian serta keduniawian, keilahian serta kemanusiawian. Hidup sebagai Kristen adalah cara hidup tertinggi yang merupakan kemungkinan ultim dan makna keberadaan manusia.

GABRIEL MARCEL (1889-1973)
Salah satu thema utama dalam filsafatnya adalah mengenai tubuh. Beberapa hal yang penting:
· Masalah mengenai “mempunyai” dan “Ada” dikaitkan dengan tubuh. Saya mempunyai tubuhku atau saya adalah tubuhku? Tubuhku bagi saya bukan obyek, melainkan selalu melibatkan pengalaman saya sendiri tentang organisme fisis-kimiawi, inilah yang ingin diselidiki oleh Marcel.
· Analogi “saya mempunyai tubuhku” dengan “saya mempunyai anjingku” harus dihentikan karena tiga aspek: 1) antara saya dan tubuhku tidak terdapat struktur qui-quid (subyek yang mempunyai dan yang dipunyai) seperti antara saya dan anjingku; 2) tubuh tidak berada di luar saya seperti halnya dengan anjing; 3) saya tidak merupakan “yang lain” terhadap tubuhku seperti saya memang merupakan “yang lain” terhadap anjingku.
· Tubuh bukanlah alat. Martil berada antara tukang kayu dan papan yang sedang dikerjakan. Tubuh tidak berada antara aku dan apa yang sedang dikerjakan. Bila saya menulis, tubuh tidak berada antara “aku” dan kertas.
· Tubuh adalah “alat absolut”, artinya alat yang memungkinkan alat2 tetapi tidak merupakan alat bagi sesuatu yang lain.
· Tubuh adalah “prototipe” di bidang “mempunyai”, yang memungkinkan untuk mempunyai tetapi tidak dipunyai oleh sesuatu yang lain.
· Sekalipun demikian saya tidak identik begitu saja dengan tubuhku. Tetapi jelas penengahan antara saya dan tubuhku tidak bersifat instrumental. Marcel menyebutnya sympathetic mediation: penengahan pada taraf “merasakan” (sentir). Saya adalah tubuhku, hanya sejauh saya adalah makhluk yang merasakan.
· Proses “merasakan” harus dimengerti sebagai suatu “message” dari luar yang diterima di dalam subyek. Garis pemisah yang ditarik antara “di luar” dan “di dalam” harus ditolak karena “menerima” dalam hal perasaan tidak pernah sama dengan “menerima semata-mata pasif”. “Menerima” di sini harus dimengerti sebagai partisipasi, membuka diri, memberikan diri; “menerima” seperti tuan rumah menyambut tamu-tamunya. “Merasakan” berarti menerima dalam wilayah yang merupakan wilayah saya.
· “Inkarnasi” manusia hanya mungkin karena dengan tubuhku saya berada dalam dunia, bukan saja dalam arti bahwa saya dapat mempengaruhi benda-benda, tetapi juga dalam arti bahwa saya terpengaruhi oleh benda-benda. Dualisme antara “di luar” dan “di dalam” harus ditinggalkan. Inkarnasi itu merupakan titik tolak refleksi filosofis dan bukan cogito atau kesadaran.

JEAN PAUL SARTRE (1905 -1980)
Manusia merupakan suatu proyek ke masa depan yang tidak mungkin didefinisikan. Manusia adalah sebagaimana ia diperbuat oleh dirinya sendiri. Ia adalah masa depannya. Moral dan etika harus diciptakan oleh manusia sendiri. Kita adalah kebebasan total, “kita dihukum untuk bertindak bebas”. Inilah kemegahan dan sekaligus kemalangan bagi kita, sebab kebebasan mengandung juga tanggung-jawab. Kita bertanggung-jawab atas seluruh eksistensi kita dan bahkan kita bertanggung-jawab atas semua manusia karena terus-menerus kita adalah manusia yang memilih dan dengan memilih diri kita sendiri, kita sekaligus memilih untuk semua orang. Dari tanggung-jawab yang mengerikan ini lahirlah kecemasan atau keputus-asaan. Kita berusaha meloloskan diri dari kecemasan serta keputusasaan itu melalui sikap malafide (mauvaise foi) serta keikhlasan (sincerite), dengan berlagak seolah-olah kita bisa ada sebagaimana seharusnya kita ada dan secara diam-diam menyisipkan suatu identifikasi antara en-soi (Ada-pada-dirinya) dan pour-soi (kesadaran kita).

Mungkinkah kehidupan manusia tanpa Tuhan? Apakah hidup manusia masih mempunyai makna? Secara obyektif kehidupan kita memang tidak mempunyai makna sedikitpun dan absurd sama sekali. Kita tidak mempunyai alasan untuk berada. Manusia merupakan une pasion inutile, suatu gairah yang tidak berguna. Namun kita bisa memberi makna kepada kehidupan kita dan dengan itu kehidupan manusiawi sebetulnya baru menjadi mungkin. Jadi seorang manusia dapat memberi makna kepada keberadaannya dengan merealisasikan kemungkinan-kemungkinan yang ada, dengan merancang dirinya. Sartre pernah menyebut orang lain “neraka”, tetapi kemudian ia menginginkan suatu ikatan dan ia menemukan orang lain sebagai syarat untuk eksistensinya sendiri. Untuk memperoleh kebenaran tentang diri saya sendiri, saya memerlukan orang lain. Jadi Sartre yang sebagai atheis ingin menciptakan suatu way of life yang baru, yaitu semacam moral manusiawi yang baru. Karena saya terikat dengan orang lain, maka kebebasan saya harus memperhitungkan juga kebebasan orang lain itu. Saya tidak boleh membuat kebebasan saya menjadi tujuan tanpa membuat hal yang sama dengan kebebasan orang lain. Setelah semua manusia mati, seluruh sejarah umat manusia dapat disingkatkan dengan mengatakan, “begitulah manusia“. Akan tetapi, siapakah yang dapat mengetahui serta mengatakan hal itu karena tidak ada lagi manusia? Selama masih ada manusia hidup, selalu terlalu pagi untuk mengatakan “begitulah manusia“. Bagi manusia individu, kemungkinan ultimate adalah kematian, tetapi kemungkinan ultimate seluruh umat manusia tidak kita ketahui.

RASUL PAULUS
Kita akan mengkonsentrasikan pandangan Paulus, khususnya dalam suratnya kepada jemaat di Roma (pasal 12:1-2). Di sini Paulus mengaitkan tubuh (sebagai persembahan yang hidup kepada Allah), keberbedaan kita dengan dunia, pembaharuan budi dan mengetahui kehendak Allah (yang baik dan sempurna).

· Berbeda dengan Plato dan Descartes yang cenderung melihat tubuh sebagai penjara jiwa, yang seringkali menghalangi akal sehat yang seharusnya memimpin, berbeda juga dengan Marcel yang cenderung memberhalakan tubuh sebagai “alat absolut” yang tidak dijadikan oleh sesuatu apapun yang lain, maka Paulus menasihatkan kita untuk mempersembahkan tubuh sebagai persembahan yang hidup kepada Allah. Di sini kita melihat pandangan yang positif tentang tubuh (bukan sesuatu yang jahat), sekaligus dilarang untuk memberhalakannya, karena Allah sebagai Pencipta tubuh kita berhak untuk memakainya, bahkan “mempunyainya” sebagai “alat” di tangan-Nya.

· Berbeda dengan Marcel yang mengatakan bahwa kita seharusnya terbuka terhadap setiap “message” dari luar yang diterima (dirasakan) oleh tubuh, terpengaruhi oleh benda-benda dlsb, Paulus mengatakan agar kita tidak menjadi serupa dengan dunia ini. Permasalahannya di sini bukanlah bahwa kita harus memiliki satu sikap eksistensial berani ditransformasi oleh segala sesuatu “yang lain”, melainkan pertanyaan “apa yang mentransformasi kita?” Alkitab mengatakan bahwa transformasi itu terjadi dalam “pikiran” (mind) yang mengenal kehendak Allah. Transformasi pikiran inilah sebenarnya yang dikejar dan didambakan oleh Plato dan yang disebutnya sebagai “kontemplasi akan yang ideal dan yang ilahi”. Alkitab tidak pernah mengajarkan agar kita memberikan diri untuk ditransformasi oleh apa saja (asal bersedia ditransformasi), melainkan bahwa yang mentransformasi kita adalah firman Tuhan. Transformasi yang dikerjakan oleh firman Tuhan membuat kita semakin mengerti dan mengenal kehendak Allah. Di sini kita melihat bahwa Alkitab menghendaki pengertian pikiran kita (understanding of our mind) terus-menerus disempurnakan, sehingga menjadi orang kristen yang berkenan kepada Allah tidak dapat dipisahkan dari mengerti dan memikirkan apa yang kita percaya karena di situlah transformasi itu terjadi. Sebagaimana dikatakan oleh John Piper, orang kristen seharusnya menjadi seseorang yang memiliki “a mind in love with God”. Mind corresponds to the understanding of the truth of God’s perfections. Love corresponds to the delight in the worth and beauty of those perfections. God is glorified both by being understood and by being delighted in. He is not glorified so much by one brand of evangelicals who divorce delight from understanding. And he is not glorified so much by another branch of evangelicals who divorce understanding from delight (John Piper, God’s Passion for His Glory. Wheaton: Crossway Books, 1998, p.82).

· Plato mengatakan bahwa kemungkinan dan makna ultimate keberadaan manusia mula-mula terletak dalam kehidupan yang berkaitan erat dengan yang baik, yang benar, dan yang indah. Paulus mengatakan bahwa mengetahui dan dapat membedakan kehendak Allah adalah apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna. Plato secara samar-samar memiliki pengertian tentang makna ultimate keberadaan manusia, namun Pauluslah yang dipercayakan Tuhan untuk menyatakan apa yang baik itu, yang benar, yang indah, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna yaitu mengetahui kehendak Allah. Dengan mengetahui kehendak Allah sebagaimana dinyatakan dalam firman-Nya manusia menemukan makna ultimate keberadaan dirinya.

Pola Pemikiran Socrates, Plato dan Aristoteles

oleh : ILMAN SUSILO, S.Kep-http://pinrangilman.blogspot.com/


Manusia sebagai ciptaan Tuhan yang teristimewa dikarunai kemampuan berpikir yang sekaligus membedakannya dengan ciptaan lainnya. Menarik untuk menyimak dari sejarah mengenai bagaimana kemampuan berpikir manusia terus berkembang dari waktu ke waktu. Pengetahuan semakin bertambah dan apa yang dahulu dianggap mustahil untuk dilakukan, sekarang dapat dilakukan.
Ada beberapa tokoh yang dikenal sebagai pemikir di zamannya. Beberapa yang terkenal adalah tiga tokoh yang dikenal dengan sebutan “The Gang of Three” yaitu Socrates, Plato dan Aristoteles. Ketiga orang inilah yang dianggap berperan besar dalam membentuk pola pikir barat (Western Mind). Socrates menekankan pentingnya argumentasi dan pemikiran kritis dalam berpikir. Plato menekankan perlunya untuk selalu mencari “kebenaran” dan mempertahankan pemikiran kritis. Sedangkan Aristoteles, murid dari Plato dan guru dari Alexander Agung, mengembangkan pemikiran ”kategoris” dimana segala sesuatu harus dapat didefinisikan dan dikategorikan.
SOCRATES
Socrates adalah seorang filosof dengan coraknya sendiri. . Ajaran filosofinya tak pernah dituliskannya, melainkan dilakukannya dengan perbuatan, dengan cara hidup. Socrates tidak pernah menuliskan filosofinya. Jika ditilik benar-benar, ia malah tidak mengajarkan filosofi, melainkan hidup berfilosofi. Bagi dia filosofi bukan isi, bukan hasil, bukan ajaran yang berdasarkan dogma, melainkan fungsi yang hidup. Filosofinya mencari kebenaran. Oleh karena ia mencari kebenaran, ia tidak mengajarkan. Ia bukan ahli pengetahuan, melainkan pemikir. kebenaran itu tetap dan harus dicari.
Tujuan filosofi Socrates ialah mencari kebenaran yang berlaku untuk selama-lamanya. Di sini berlainan pendapatnya dengan guru-guru sofis, yang mengajarkan, bahwa semuanya relatif dan subyektif dan harus dihadapi dengan pendirian yang skeptis. Socrates berpendapat, bahwa dalam mencari kebenaran itu ia tidak memikir sendiri, melainkan setiap kali berdua dengan orang lain, dengan jalan tanya jawab. Orang yang kedua itu tidak dipandangnya sebagai lawannya, melainkan sebagai kawan yang diajak bersama-sama mencari kebenaran. Kebenaran harus lahir dari jiwa kawan bercakap itu sendiri. Ia tidak mengajarkan, melainkan menolong mengeluarkan apa yang tersimpan di dalam jiwa orang. Sebab itu metodenya disebut maieutik. Socrates mencari kebenaran yang tetap dengan tanya-jawab sana dan sini, yang kemudian dibulatkan dengan pengertian, maka jalan yang ditempuhnya ialah metode induksi dan definisi. Kedua-duanya itu bersangkut-paut. Induksi yang menjadi metode Socrates ialah memperbandingkan secara kritis. Ia tidak berusaha mencapai dengan contoh dan persamaan, dan diuji pula dengan saksi dan lawan saksi.
PLATO
Plato adalah seorang filsuf dan matematikawan Yunani, dan pendiri dari Akademi Platonik di Athena, sekolah tingkat tinggi pertama di dunia barat. Ia adalah murid Socrates. Pemikiran Plato pun banyak dipengaruhi oleh Socrates. Plato adalah guru dari Aristoteles. Karyanya yang paling terkenal ialah Republik,yang di dalamnya berisi uraian garis besar pandangannya pada keadaan “ideal”.Dia juga menulis ‘Hukum’ dan banyak dialog di mana Socrates adalah peserta utama.
Ajaran Plato tentang etika kurang lebih mengatakan bahwa manusia dalam hidupnya mempunyai tujuan hidup yang baik, dan hidup yang baik ini dapat dicapai dalam polis. Ia tetap memihak pada cita-cita Yunani Kuno yaitu hidup sebagai manusia serentak juga berarti hidup dalam polis, ia menolak bahwa negara hanya berdasarkan nomos/adat kebiasaan saja dan bukan physis/kodrat. Plato tidak pernah ragu dalam keyakinannya bahwa manusia menurut kodratnya merupakan mahluk sosial, dengan demikian manusia menurut kodratnya hidup dalam polis atau Negara. Menurut Plato negara terbentuk atas dasar kepentingan yang bersifat ekonomis atau saling membutuhkan antara warganya maka terjadilah suatu spesialisasi bidang pekerjaan, sebab tidak semua orang bisa mengerjakaan semua pekerjaan dalam satu waktu. Polis atau negara ini dimungkinkan adanya perkembangan wilayah karena adanya pertambahan penduduk dan kebutuhanpun bertambah sehingga memungkinkan adanya perang dalam perluasan ini.
Dalam menghadapi hal ini maka di setiap negara harus memiliki penjaga-penjaga yang harus dididik khusus.
Ada tiga golongan dalam negara yang baik, yaitu pertama, Golongan Penjaga yang tidak lain adalah para filusuf yang sudah mengetahui “yang baik” dan kepemimpinan dipercayakan pada mereka. Kedua, Pembantu atau Prajurit. Dan ketiga, Golongan pekerja atau petani yang menanggung kehidupan ekonomi bagi seluruh polis.Plato tidak begitu mementingkan adanya undang-undang dasar yang bersifat umum, sebab menurutnya keadaan itu terus berubah-ubah dan peraturan itu sulit disama-ratakan itu semua tergantung masyarakat yang ada di polis tersebut.Adapun negara yang diusulkan oleh Plato berbentuk demokrasi dengan monarkhi, karena jika hanya monarkhi maka akan terlalu banyak kelaliman, dan jika terlalu demokrasi maka akan terlalu banyak kebebasan, sehingga perlu diadakan penggabungan, dan negara ini berdasarkan pada pertanian bukan perdagangan. Hal ini dimaksudkan menghindari nasib yang terjadi di Athena.

Ciri-ciri Karya-karya Plato
  • Bersifat Sokratik
Dalam Karya-karya yang ditulis pada masa mudanya, Plato selalu menampilkan kepribadian dan karangan Sokrates sebagai topik utama karangannya
  • Berbentuk dialog
Hampir semua karya Plato ditulis dalam nada dialog. Dalam Surat VII, Plato berpendapat bahwa pena dan tinta membekukan pemikiran sejati yang ditulis dalam huruf-huruf yang membisu. Oleh karena itu, menurutnya, jika pemikiran itu perlu dituliskan, maka yang paling cocok adalah tulisan yang berbentuk dialog.
  • Adanya mite-mite
Plato menggunakan mite-mite untuk menjelaskan ajarannya yang abstrak dan adiduniawi
Verhaak menggolongkan tulisan Plato ke dalam karya sastra bukan ke dalam karya ilmiah yang sistematis karena dua ciri yang terakhir, yakni dalam tulisannya terkandung mite-mite dan berbentuk dialog.
Pandangan Plato tentang Ide-ide, Dunia Ide dan Dunia Indrawi
Idea-idea
Sumbangsih Plato yang terpenting adalah pandangannya mengenai idea. Pandangan Plato terhadap idea-idea dipengaruhi oleh pandangan Sokrates tentang definisi. Idea yang dimaksud oleh Plato bukanlah ide yang dimaksud oleh orang modern. Orang-orang modern berpendapat ide adalah gagasan atau tanggapan yang ada di dalam pemikiran saja. Menurut Plato idea tidak diciptakan oleh pemikiran manusia. Idea tidak tergantung pada pemikiran manusia, melainkan pikiran manusia yang tergantung pada idea. Idea adalah citra pokok dan perdana dari realitas, nonmaterial, abadi, dan tidak berubah. Idea sudah ada dan berdiri sendiri di luar pemikiran kita.. Idea-idea ini saling berkaitan satu dengan yang lainnya. Misalnya, idea tentang dua buah lukisan tidak dapat terlepas dari idea dua, idea dua itu sendiri tidak dapat terpisah dengan idea genap. Namun, pada akhirnya terdapat puncak yang paling tinggi di antara hubungan idea-idea tersebut. Puncak inilah yang disebut idea yang “indah”. Idea ini melampaui segala idea yang ada.
Dunia Indrawi
Dunia indrawi adalah dunia yang mencakup benda-benda jasmani yang konkret, yang dapat dirasakan oleh panca indera kita. Dunia indrawi ini tiada lain hanyalah refleksi atau bayangan daripada dunia ideal. Selalu terjadi perubahan dalam dunia indrawi ini. Segala sesuatu yang terdapat dalam dunia jasmani ini fana, dapat rusak, dan dapat mati.
Dunia Idea
Dunia idea adalah dunia yang hanya terbuka bagi rasio kita. Dalam dunia ini tidak ada perubahan, semua idea bersifat abadi dan tidak dapat diubah. Hanya ada satu idea “yang bagus”, “yang indah”. Di dunia idea semuanya sangat sempurna. Hal ini tidak hanya merujuk kepada barang-barang kasar yang bisa dipegang saja, tetapi juga mengenai konsep-konsep pikiran, hasil buah intelektual. Misalkan saja konsep mengenai “kebajikan” dan “kebenaran”.


Pandangan Plato tentang Karya Seni dan Keindahan
Pandangan Plato tentang Karya Seni
Pandangan Plato tentang karya seni dipengaruhi oleh pandangannya tentang ide. Sikapnya terhadap karya seni sangat jelas dalam bukunya Politeia (Republik). Plato memandang negatif karya seni. Ia menilai karya seni sebagai mimesis mimesos. Menurut Plato, karya seni hanyalah tiruan dari realita yang ada. Realita yang ada adalah tiruan (mimesis) dari yang asli. Yang asli itu adalah yang terdapat dalam ide. Ide jauh lebih unggul, lebih baik, dan lebih indah daripada yang nyata ini.
Pandangan Plato tentang Keindahan
Pemahaman Plato tentang keindahan yang dipengaruhi pemahamannya tentang dunia indrawi, yang terdapat dalam Philebus. Plato berpendapat bahwa keindahan yang sesungguhnya terletak pada dunia ide.Ia berpendapat bahwa kesederhanaan adalah ciri khas dari keindahan, baik dalam alam semesta maupun dalam karya seni.Namun, tetap saja, keindahan yang ada di dalam alam semesta ini hanyalah keindahan semu dan merupakan keindahan pada tingkatan yang lebih rendah.
ARISTOTELES
Aristoteles adalah murid Plato.Filsafat Aristoteles berkembang pada waktu ia memimpin Lyceum, yang mencakup enam karya tulisnya yang membahas masalah logika, yang dianggap sebagai karya-karyanya yang paling penting, selain kontribusinya di bidang metafisika, fisika, etika, politik, kedokteran dan ilmu alam.
Di bidang ilmu alam, ia merupakan orang pertama yang mengumpulkan dan mengklasifikasikan spesies-spesies biologi secara sistematis. Karyanya ini menggambarkan kecenderungannya akan analisa kritis, dan pencarian terhadap hukum alam dan keseimbangan pada alam. Plato menyatakan teori tentang bentuk-bentuk ideal benda, sedangkan Aristoteles menjelaskan bahwa materi tidak mungkin tanpa bentuk karena ia ada (eksis). Selanjutnya ia menyatakan bahwa bentuk materi yang sempurna, murni atau bentuk akhir, adalah apa yang dinyatakannya sebagai theos, yaitu yang dalam pengertian Bahasa Yunani sekarang dianggap berarti Tuhan.
Logika Aristoteles adalah suatu sistem berpikir deduktif (deductive reasoning), yang bahkan sampai saat ini masih dianggap sebagai dasar dari setiap pelajaran tentang logika formal. Meskipun demikian, dalam penelitian ilmiahnya ia menyadari pula pentingnya observasi, eksperimen dan berpikir induktif (inductive thinking).
Di bidang politik, Aristoteles percaya bahwa bentuk politik yang ideal adalah gabungan dari bentuk demokrasi dan monarkhi. Karena luasnya lingkup karya-karya dari Aristoteles, maka dapatlah ia dianggap berkontribusi dengan skala ensiklopedis, dimana kontribusinya melingkupi bidang-bidang yang sangat beragam sekali seperti fisika, astronomi, biologi, psikologi, metafisika (misalnya studi tentang prisip-prinsip awal mula dan ide-ide dasar tentang alam), logika formal, etika, politik, dan bahkan teori retorika dan puisi.
Meskipun sebagian besar ilmu pengetahuan yang dikembangkannya terasa lebih merupakan penjelasan dari hal-hal yang masuk akal (common-sense explanation), banyak teori-teorinya yang bertahan bahkan hampir selama dua ribu tahun lamanya. Hal ini terjadi karena teori-teori tersebut karena dianggap masuk akal dan sesuai dengan pemikiran masyarakat pada umumnya, meskipun kemudian ternyata bahwa teori-teori tersebut salah total karena didasarkan pada asumsi-asumsi yang keliru.
Dapat dikatakan bahwa pemikiran Aristoteles sangat berpengaruh pada pemikiran Barat dan pemikiran keagamaan lain pada umumnya. Penyelarasan pemikiran Aristoteles dengan teologi Kristiani dilakukan oleh Santo Thomas Aquinas pada abad ke-13, dengan teologi Yahudi oleh Maimonides (1135–1204), dan dengan teologi Islam oleh Ibnu Rusyid (1126–1198). Bagi manusia abad pertengahan, Aristoteles tidak saja dianggap sebagai sumber yang otoritatif terhadap logika dan metafisika, melainkan juga dianggap sebagai sumber utama dari ilmu pengetahuan, atau “the master of those who know”, sebagaimana yang kemudian dikatakan oleh Dante Alighieri.
Perbandingan Pemikiran Plato dan Aristoteles Tentang Jiwa dan Raga.
Menurut Plato mausia memiliki tiga elemen dalam jiwa:
· Pertama adalah kemampuan menggunakan bahasa dan berfikir.
· Elemen raga tubuh dalam bentuk nafsu badaniah,hasrat dan kebutuhan.
· Elemen rohaniah/kehendak bisa dilihat dengan adanya emosiseperti kemarahan,sindiran,ambisi,kebanggaan dadn kehormatan.
Elemen paling tinggi menurut Plato adalah berikir(akal) dan terendah nafsu badaniah (Lavine.2003;73-74)
Jiwa menurut pandangan Plato,tidak dapat mati karena merupakan sesuatu yang adikodrati berasal dari dunia ide.Meski kelihatan bahwa jiwadan tubuh saling bersatu,tetapi jiwa dan tubuh adalah kenyataan yang harus dibedakan.Tubuh memenjarakan jiwa,oleh karenanya jiwa harus dilepaskan dari tubuh dengan dua macam cara yaitu pertama dengan kematian dan kedua dengan pengetahuan.Jiwa yang erlepas dari ikatan tubuh bisa menikmati kebahagiaan melihat ide karena selama ini ide teseut dikat oleh tubuh dengan keinginan atau nafsu badaniah sehingga menutup penglihatan tehadap ide (Hardiwijono, 2005:42)
Aristoteles meninggalkan ajaran dualise Plato tentang jiwa dan tubuh.Plato berpendapat bahwa jiwa itu bersifat kekal,tetapi Aristoteles tidak.
Menrut Aristoteles,jiwa dan tubuh ibarat bentuk dan materi.Jiwa adalah bentuk dan tubuh adalah materi.Jiwa merupakan asas hidup yang menjadikan tubuh memiliki kehidupan.Jiwa adalah penggrak tubuh,kehendak jiwa menentukan perbuatan dan tujuan yang akan dicapai (Hadiwijono, 2005:51).Secara spesifik jiwa adalah pengendali atas reproduksi,pergerakan dan persepsi.Aristoteles mengibaratkan jiwa dan tubuh bagaikan kampak.Jika kampak adalah benda hidup,maka tubuhya adalah kayu atau metal,sedangkan jiwanya adalah kemampuan untuk membelah dan segala kemampuan yang membuat tubuh tersebut disebut kampak.Sebuah kampak tidak bisa disebut kampak apabila tidak bisa memotong,melainkan hanya seonggok kau atau metal.
Disadari oleh Aristotel,bahwa tubuh bisa mati dan oleh sebab iu,maka jiwanya juga ikut mati.Seperti kampak tadi yang kehilangan kemampuannya,manusia juga demikian ketika mati,ia akan kehilangan kemampuan berfikir dan berkehendak.