Entri Populer

Minggu, 31 Mei 2015

Cerita Motivasi Kehidupan dan Kisah Inspiratif Bijak

Cerita motivasi bijak – tempayan retak

Seorang tukang air memiliki dua tempayan besar, masing-masing bergantung pada kedua ujung sebuah pikulan, yang dibawa menyilang pada bahunya. Satu dari tempayan itu retak, yang satunya tidak. Tempayan yang tidak retak selalu dapat membawa air penuh dari mata air ke rumah majikannya, sedang tempayan retak itu hanya dapat membawa air setengah penuh.
Selama dua tahun, hal ini terjadi setiap hari. Si tempayan yang tidak retak merasa bangga akan prestasinya, karena dapat menunaikan tugasnya dengan sempurna. Namun si tempayan retak merasa malu sekali akan ketidaksempurnaannya dan merasa sedih sebab ia hanya dapat memberikan setengah dari yang seharusnya dapat diberikannnya. Tertekan oleh kegagalan ini, tempayan retak itu berkata kepada si tukang air,”Saya sungguh malu pada diri saya sendiri, dan saya ingin mohon maaf kepadamu.””Kenapa?” tanya si tukang air, “Kenapa kamu merasa malu?”
“Saya hanya mampu, selama dua tahun ini, membawa setengah porsi air karena retakan pada sisi saya telah membuat air yang saya bawa bocor sepanjang jalan menuju rumah majikan kita. Karena cacatku itu, saya telah membuatmu rugi.” kata tempayan itu.
Si tukang air merasa kasihan pada si tempayan retak dan berkata, “Jika kita kembali ke rumah majikan besok, aku ingin kamu memperhatikan bunga-bunga indah di sepanjang jalan.”
Benar, ketika mereka naik ke bukit, si tempayan retak memperhatikan dan baru menyadari bahwa ada bunga-bunga indah di sepanjang sisi jalan, dan itu membuatnya sedikit terhibur.
Kata tukang air kepada tempayan retak, “Apakah kamu memperhatikan adanya bunga-bunga di sepanjang jalan di sisimu tapi tidak ada bunga di sepanjang jalan di sisi tempayan lain yang tidak retak itu. Itu karena aku selalu menyadari akan cacatmu dan aku memanfaatkannya. Aku telah menanam benih-benih bunga di sepanjang jalan di sisimu, dan setiap hari jika kita berjalan pulang dari mata air, kamu mengairi benih-benih itu. Selama dua tahun ini aku telah dapat memetik bunga-bunga indah itu untuk menghias meja majikan kita. Tanpa kamu sebagaimana kamu adanya, majikan kita tak akan dapat menghias rumahnya seindah sekarang.”

Kisah Motivasi – Bunga mawar

Suatu ketika, ada seseorang pemuda yang mempunyai sebuah bibit mawar. Ia ingin sekali menanam mawar itu di kebun belakang rumahnya. Pupuk dan sekop kecil telah disiapkan. Bergegas, disiapkannya pula pot kecil tempat mawar itu akan tumbuh berkembang. Dipilihnya pot yang terbaik, dan diletakkan pot itu di sudut yang cukup mendapat sinar matahari. Ia berharap, bibit ini dapat tumbuh dengan sempurna.
Disiraminya bibit mawar itu setiap hari. Dengan tekun, dirawatnya pohon itu. Tak lupa, jika ada rumput yang menganggu, segera disianginya agar terhindar dari kekurangan makanan. Beberapa waktu kemudian, mulailah tumbuh kuncup bunga itu. Kelopaknya tampak mulai merekah, walau warnanya belum terlihat sempurna. Pemuda ini pun senang, kerja kerasnya mulai membuahkan hasil. Diselidikinya bunga itu dengan hati-hati. Ia tampak heran, sebab tumbuh pula duri-duri kecil yang menutupi tangkai-tangkainya. Ia menyesalkan mengapa duri-duri tajam itu muncul bersamaan dengan merekahnya bunga yang indah ini. Tentu, duri-duri itu akan menganggu keindahan mawar-mawar miliknya.
Sang pemuda tampak bergumam dalam hati, “Mengapa dari bunga seindah ini, tumbuh banyak sekali duri yang tajam? Tentu hal ini akan menyulitkanku untuk merawatnya nanti. Setiap kali kurapihkan, selalu saja tanganku terluka. Selalu saja ada ada bagian dari kulitku yang tergores. Ah pekerjaan ini hanya membuatku sakit. Aku tak akan membiarkan tanganku berdarah karena duri-duri penganggu ini.”
Lama kelamaan, pemuda ini tampak enggan untuk memperhatikan mawar miliknya. Ia mulai tak peduli. Mawar itu tak pernah disirami lagi setiap pagi dan petang. Dibiarkannya rumput-rumput yang menganggu pertumbuhan mawar itu. Kelopaknya yang dahulu mulai merekah, kini tampak merona sayu. Daun-daun yang tumbuh di setiap tangkai pun mulai jatuh satu-persatu. Akhirnya, sebelum berkembang dengan sempurna, bunga itu pun meranggas dan layu.
Jiwa manusia, adalah juga seperti kisah tadi. Di dalam setiap jiwa, selalu ada ‘mawar’ yang tertanam. Tuhan yang menitipkannya kepada kita untuk dirawat. Tuhan lah yang meletakkan kemuliaan itu di setiap kalbu kita. Layaknya taman-taman berbunga, sesungguhnya di dalam jiwa kita, juga ada tunas mawar dan duri yang akan merekah.
Namun sayang, banyak dari kita yang hanya melihat “duri” yang tumbuh. Banyak dari kita yang hanya melihat sisi buruk dari kita yang akan berkembang. Kita sering menolak keberadaan kita sendiri. Kita kerap kecewa dengan diri kita dan tak mau menerimanya. Kita berpikir bahwa hanya hal-hal yang melukai yang akan tumbuh dari kita. Kita menolak untuk menyirami” hal-hal baik yang sebenarnya telah ada. Dan akhirnya, kita kembali kecewa, kita tak pernah memahami potensi yang kita miliki.
Banyak orang yang tak menyangka, mereka juga sebenarnya memiliki mawar yang indah di dalam jiwa. Banyak orang yang tak menyadari, adanya mawar itu. Kita, kerap disibukkan dengan duri-duri kelemahan diri dan onak-onak kepesimisan dalam hati ini. Orang lain lah yang kadang harus menunjukannya.
Jika kita bisa menemukan “mawar-mawar” indah yang tumbuh dalam jiwa itu, kita akan dapat mengabaikan duri-duri yang muncul. Kita, akan terpacu untuk membuatnya akan membuatnya merekah, dan terus merekah hingga berpuluh-puluh tunas baru akan muncul. Pada setiap tunas itu, akan berbuah tunas-tunas kebahagiaan, ketenangan, kedamaian, yang akan memenuhi taman-taman jiwa kita. Kenikmatan yang terindah adalah saat kita berhasil untuk menunjukkan diri kita tentang mawar-mawar itu, dan mengabaikan duri-duri yang muncul.
Semerbak harumnya akan menghiasi hari-hari kita. Aroma keindahan yang ditawarkannya, adalah layaknya ketenangan air telaga yang menenangkan keruwetan hati. Mari, kita temukan “mawar-mawar” ketenangan, kebahagiaan, kedamaian itu dalam jiwa-jiwa kita. Mungkin, ya, mungkin, kita akan juga berjumpa dengan onak dan duri, tapi janganlah itu membuat kita berputus asa. Mungkin, tangan-tangan kita akan tergores dan terluka, tapi janganlah itu membuat kita bersedih nestapa.
Biarkan mawar-mawar indah itu merekah dalam hatimu. Biarkan kelopaknya memancarkan cahaya kemuliaan-Nya. Biarkan tangkai-tangkainya memegang teguh harapan dan impianmu. Biarkan putik-putik yang dikandungnya menjadi bibit dan benih kebahagiaan baru bagimu. Sebarkan tunas-tunas itu kepada setiap orang yang kita temui, dan biarkan mereka juga menemukan keindahan mawar-mawar lain dalam jiwa mereka. Sampaikan salam-salam itu, agar kita dapat menuai bibit-bibit mawar cinta itu kepada setiap orang, dan menumbuh-kembangkannya di dalam taman-taman hati kita.

Cerita Motivasi – Garam Dan Telaga

Suatu ketika, hiduplah seorang tua yang bijak. Pada suatu pagi, datanglah seorang anak muda yang sedang dirundung banyak masalah. Langkahnya gontai dan air muka yang ruwet. Tamu itu, memang tampak seperti orang yang tak bahagia.
Tanpa membuang waktu, orang itu menceritakan semua masalahnya. Pak Tua yang bijak, hanya mendengarkannya dengan seksama. Ia lalu mengambil segenggam garam, dan meminta tamunya untuk mengambil segelas air. Ditaburkannya garam itu kedalam gelas, lalu diaduknya perlahan. “Coba, minum ini, dan katakan bagaimana rasanya..”, ujar Pak tua itu.
“Pahit. Pahit sekali”, jawab sang tamu, sambil meludah kesamping.
Pak Tua itu, sedikit tersenyum. Ia, lalu mengajak tamunya ini, untuk berjalan ke tepi telaga di dalam hutan dekat tempat tinggalnya. Kedua orang itu berjalan berdampingan, dan akhirnya sampailah mereka ke tepi telaga yang tenang itu.
Pak Tua itu, lalu kembali menaburkan segenggam garam, ke dalam telaga itu. Dengan sepotong kayu, dibuatnya gelombang mengaduk-aduk dan tercipta riak air, mengusik ketenangan telaga itu. “Coba, ambil air dari telaga ini, dan minumlah. Saat tamu itu selesai mereguk air itu, Pak Tua berkata lagi, “Bagaimana rasanya?”.
“Segar.”, sahut tamunya.
“Apakah kamu merasakan garam di dalam air itu?”, tanya Pak Tua lagi.
“Tidak”, jawab si anak muda.
Dengan bijak, Pak Tua itu menepuk-nepuk punggung si anak muda. Ia lalu mengajaknya duduk berhadapan, bersimpuh di samping telaga itu. “Anak muda, dengarlah. Pahitnya kehidupan, adalah layaknya segenggam garam, tak lebih dan tak kurang. Jumlah dan rasa pahit itu adalah sama, dan memang akan tetap sama.
“Tapi, kepahitan yang kita rasakan, akan sangat tergantung dari wadah yang kita miliki. Kepahitan itu, akan didasarkan dari perasaan tempat kita meletakkan segalanya. Itu semua akan tergantung pada hati kita. Jadi, saat kamu merasakan kepahitan dan kegagalan dalam hidup, hanya ada satu hal yang bisa kamu lakukan. Lapangkanlah dadamu menerima semuanya. Luaskanlah hatimu untuk menampung setiap kepahitan itu.”
Pak Tua itu lalu kembali memberikan nasehat. “Hatimu, adalah wadah itu. Perasaanmu adalah tempat itu. Kalbumu, adalah tempat kamu menampung segalanya. Jadi, jangan jadikan hatimu itu seperti gelas, buatlah laksana telaga yang mampu meredam setiap kepahitan itu dan merubahnya menjadi kesegaran dan kebahagiaan.”
Keduanya lalu beranjak pulang. Mereka sama-sama belajar hari itu. Dan Pak Tua, si orang bijak itu, kembali menyimpan “segenggam garam”, untuk anak muda yang lain, yang sering datang padanya membawa keresahan jiwa.

Kisah Motivasi bijak – Penjara Pikiran

Seekor belalang lama terkurung dalam satu kotak. Suatu hari ia berhasil keluar dari kotak yang mengurungnya, dengan gembira dia melompat-lompat menikmati kebebasannya.
Di perjalanan dia bertemu dengan belalang lain, namun dia heran mengapa belalang itu bisa lompat lebih tinggi dan lebih jauh darinya.
Dengan penasaran dia bertanya,
“Mengapa kau bisa melompat lebih tinggi dan lebih jauh dariku,padahal kita tidak jauh berbeda dari usia maupun ukuran tubuh?” Belalang itu menjawabnya dengan pertanyaan,
“Dimanakah kau tinggal selama ini? Semua belalang yang hidup di alam bebas pasti bisa melakukan seperti yang aku lakukan.”
Saat itu si belalang baru tersadar bahwa selama ini kotak itulah yang telah membuat lompatannya tidak sejauh dan setinggi belalang lain yang hidup di alam bebas.
Sering kita sebagai manusia, tanpa sadar, pernah juga mengalami hal yang sama dengan belalang tersebut. Lingkungan yang buruk, hinaan, trauma masa lalu, kegagalan beruntun, perkataan teman,tradisi, dan semua itu membuat kita terpenjara dalam kotak semu yang mementahkan potensi kita.
Sering kita mempercayai mentah-mentah apa yang mereka voniskan kepada kita tanpa berpikir dalam bahwa apakah hal itu benar adanya atau benarkah kita selemah itu? Lebih parah lagi, kita acap kali lebih memilih mempercayai mereka daripada mempercayai diri sendiri.
Tahukah Anda bahwa gajah yang sangat kuat bisa diikat hanya dgn tali yang terikat pada pancang kecil? Gajah sudah akan merasa dirinya tidak bisa bebas jika ada “sesuatu” yang mengikat kaki nya, padahal “sesuatu” itu bisa jadi hanya seutas tali kecil…
Sebagai manusia kita mampu untuk berjuang, tidak menyerah begitu saja kepada apa yang kita alami. Karena itu, teruslah berusaha mencapai segala aspirasi positif yang ingin kita capai. Sakit memang, lelah memang,tapi jika kita sudah sampai di puncak, semua pengorbanan itu pasti akan terbayar. Pada dasarnya, kehidupan kita akan lebih baik kalau kita hidup dengan cara hidup pilihan kita sendiri, bukan dengan cara yang di pilihkan orang lain untuk kita.

Cerita motivasi – Urusan Dengan Tuhan

Badrun membawa piringnya, seperti biasa, mengantri setiap pagi untuk sarapan pagi. Wajahnya selalu tersenyum pada setiap orang. Walaupun dia masih muda, nampak kerut-kerut di wajahnya, yang membuat dia kelihatan lebih tua dari umurnya. Karena kasus manipulasi, Badrun harus mendekam di penjara ini.
Hukum memang tak kenal belas kasihan. Orang yang mengenal Badrun dari dekat pasti tak tega, kenapa orang sebaik dia harus masuk penjara.
Sebelum masuk penjara ini, dia adalah akuntan sebuah perusahaan besar. Dari gajinya bekerja, dia dapat menghidupi anak dan istrinya, mempunyai rumah dan kendaraan. Dia juga punya sebidang tanah untuk sekedar berkebun, warisan orangtuanya. Hidupnya betul-betul bahagia.
Sampai akhirnya, suatu tragedi telah berlaku padanya. Urusannya hanya sepele, pada mulanya, sebagai seorang karyawan dengan posisi basah, di sebuah perusahaan, sedikit banyak pasti menimbulkan kecemburuan antara sesama rekan kerjanya.
Adalah Santi, seorang sekretaris bos, wanita pintar tapi liar, yang membikin gara-gara. Sudah lama dia memendam rasa iri pada Badrun. Karena posisinya, sebagai sekeretaris direktur, ternyata tak bisa sekedar memanipulasi uang belanja perusahaan. Sebab setiap kali dia membujuk Badrun, tak bisa juga dapat, walaupun satu sen. Badrun memang tak bisa sembarangan mengeluarkan uang, sebelum disetujui atasan.
Sebagai wanita pintar, Santi tahu kelemahan lelaki, dan mengetahui pula kelebihannya sebagai wanita. Disebarkannya gossip ke seluruh karyawan, kalau dia menjalin hubungan dengan Badrun. Dan dengan aktingnya yang meyakinkan, berhasil mengelabui seluruh karyawan, kalau dia sudah betul-betul dekat dengan Badrun. dengan berbagai bujuk rayu dan kata yang manis pada staff bawahan Badrun pula, dia berhasil mempunyai akses ke bagian keuangan, bagian yang dikepalai Badrun.
Badrun tak suka dengan sifat Santi, tapi dia juga tak bisa bersikap kasar, apalagi Santi adalah sekretaris bosnya. Dengan halus ditegurnya sikap Santi tersebut, tapi Santi memang sudah nekat. Entah bagaimana, tiba-tiba saja uang sebesar lebih dari 1 milyar tak diketahui keberadaannya. Tak ada kwitansi, tak ada nota, tak ada barang hasil pembelian dan sebagainya.
Badrun yakin, ini ulah Santi, tapi dia tak bisa membuktikannya. Seluruh transaksi keluar dan masuk uang, selalu memakai nama dia. Akhirnya vonis menimpa dia, didakwa menggelapkan uang perusahaan. Bukan itu saja, ternyata gossip yang disebarkan Santi sudah sampai ke rumah-tangga Badrun. Istri Badrun dibakar cemburu, pergi dari rumah bersama anak kesayangannya.
Ketika sidang pun, istrinya tak datang, apalagi selama dia dipenjara. Kawan-kawan dan tetangganya juga menjaga jarak, mereka tak menyangka, ternyata orang pendiam dan baik itu, bisa berbuat kriminal. Padahal tak terhitung kebaikan-kebaikan selama ini pada tetangga dan teman-temannya.
Seluruh hartanya bendanya, termasuk kebun warisan orangtuanya, dirampas untuk mengganti seluruh kerugian perusahaan.
Bahkan di dalam penjara, Badrun selalu menerima perlakuan-perlakuan yang tidak adil dari sesama penghuni. Sering dia tidak kebagian jatah makanan, uang kerajinan hasil membuat ukiran dipalak dan lain-lain. Tapi itu tak menyurutkannya tersenyum dan menyapa setiap orang serta berbuat baik.
Suatu malam, di dalam mushalla penjara, aku mengobrol dengannya. Bertanya penuh ingin tahu, akan sikapnya selama ini. Kenapa dia tak mau melawan ketika dipukul seorang penghuni yang sok jagoan, kenapa dia diam saja ketika jatah makanannya direbut, kenapa dia tak membalas dendam segala sikap tidak adil yang diterimanya selama ini, baik sebelum atau sesudah dia dipenjara.
Maka, kucatat segala perkataannya, yang tak kulupakan seumur hidupku:
“Manusia sering kali bertindak tak masuk akal dan egois, bagaimanapun juga, maafkanlah mereka.
Kalau kamu berbuat baik, orang-orang akan menyangka kamu punya motivasi di balik perbuatan baikmu itu, bagaimanapun juga, teruskanlah bebuat baik.
Kalau kamu sedang mengalami suatu perkara, kamu akan menemui kawan yang palsu, dan lawan yang sesungguhnya. Terus jalani urusan itu.
Kalau kamu jujur dan terus-terang, orang akan mengira kamu sedang berbuat curang, bagaimanapun juga, tetaplah berlaku jujur.
Apa yang kamu bangun selama bertahun-tahun, bisa saja dihancurkan oleh seseorang dalam waktu satu malam. Tapi, tetaplah membangun bangunan itu.
Kalau kamu berada dalam kedamaian dan kebahagiaan, orang-orang pasti iri dan cemburu; tetaplah kamu bahagia dan tersenyum dalam kedamaianmu.
Perbuatan baik yang hari ini kamu lakukan, bisa jadi dilupakan oleh orang esok hari; bagaimanapun juga, tetaplah berbuat baik.
Berilah dunia ini yang paling bagus yang kau miliki, dan itu belum tentu cukup; tapi, bagaimanapun juga, tetaplah memberi.
Kamu lihat, pada akhirnya, ini adalah urusan antara kamu dan Tuhan”.

Kisah Inspiratif – Sebuah batu kecil

Di suatu daerah pegunungan, sesosok pemuda sedang mempersiapkan bekal untuk perjalanan ke desa lain. Desa itu cukup jauh, harus melawati hutan-hutan dan gua. Pemuda itu hanya mampu membawa bekal untuk sekali perjalanan.
Saat pemuda itu memulai perjalanan, ia bertemu pengemis tua dengan pakaian penuh robek dan kumuh. Karena pemuda itu hanya mempunyai bekal secukupnya, dia pura-pura tidak melihat pegemis tua tersebut, dan berjalan melewatinya.
Tiba-tiba sang pengemis tua itu berkata, “Hai pemuda, ketika engkau melawati sebuah gua, ambil batu disekitarmu sebanyak-banyaknya!”
Pemuda itu cukup kaget, akan tetapi dia tetap tidak memperhatikannya, “alah, dasar pengemis, mau minta perhatian saja, paling dia mau minta sedekah.” Pikirnya.
Perjalanan pemuda itu dilanjutkan hingga hari sudah mulai malam. Ia pun harus mempercepat perjalanannya, karena dia harus melewati sebuah gua yang sangat gelap.
Ketika masuk ke dalam gua, ia teringat akan pesan pengemis tua. “ah, ngapain saya menuruti kata-kata pengemis tua itu!, lagipula ngapain saya harus membawa batu-batu di gua ini, menambah beban saya aja, mungkin pengemis itu sudah gila kali” keluhnya. Pemuda itu berjalan sambil meraba-raba karena gelapnya gua itu.
Sesaat kemudian di berfikir kembali, “Mungkin ada benarnya kata pengemis tua itu…” ia mulai penasaran dengan pesan pengemis tadi. Pemuda itupun mengambil sebuah batu kecil dan dimasukan ke saku celana.
Perjalanan panjang telah ia lalui, setelah melewati gua, ia mengarungi lembah, melewati gunung, hingga ta terasa bekal habis. Ia memaksa berjalan, walau perut kelaparan.
Akhirnya ia sampai juga di desa tujuannya, dan langsung ambruk tertidur di bawah sebuah pohon. Ia tertidur pulas. Tak lama kemudian, disaat berganti posisi, ia bangun, terasa ada yang mengganjal di celananya. “Ah, dasar bodohnya aku ini, aku membawa kemana-mana batu kecil tak berguna ini, menuruti kata-kata pengemis gila itu! Ku buang aja!” katanya dengan kesal.
Ketika akan membuang batu itu, terlihat batu itu berkilauan, memantulkan cahaya. Mata pemuda itu langsung terbelalak. “hah….., batu ini emas!” matanya melototi batu yang dipegangnya.
“ah…., andaikan saja……”

Cerita motivasi inspiratif – tukang tambal ban

Pernah suatu ketika ban motor saya kempes sepulang dari mengikuti kajian Islam rutin tiap pekan di rumah teman. Saat itu waktu menunjukan pukul setengah sebelas malam. Malam terasa begitu dingin sekali, karena saat itu musim hujan, akan tetapi segala puji bagi Allah saat itu hujan tidak turun.
Sambil menuntun sepeda motor, saya berjalan menulusuri jalan untuk mencari tukang tambal ban.
“Ada apa mas?” tanya seorang pemuda yang duduk-duduk di depan rumah.
“Ban saya bocor. Daerah sini mana ya, tukang tambal ban yang masih buka?” tanya saya.
“ Wah sudah pada tutup semua mas! Adanya di dekat jalan raya, tapi cukup jauh!” jawab nya.
“Makasih mas!” ucapku, sambil menghela nafas, karena cukup jauh saya harus bejalan ke jalan raya.
Alhamdulillah, saat itu saya ditemani ustadz saya, pak Nur Yulianto.. (Jazakallah pak ya…! ^_^) yang tak tega meninggalkanku sendiri, berjalan menelusuri malam untuk mencari tukang tambal ban.
Setengah jam berjalan akhirnya saya menemukan tukang tambal ban. Tapi, ujian lagi dari Allah. Sang tukang tambal ban tidur tidak bisa dibangunkan…mungkin memang beliau tidak mau bangun, karena sudah saya gooyang-goyang tubuhnya, tetap saja tidak bangun… sayapun mencoba memahaminya, malam-malam begini mungkin beliau sudah terlalu kecapean untuk membantu kami…
Perjalananpun kami lanjutkan, hingga akhirnya kami menemukan tukang tambal ban, yang sedang menambal ban sebuah motor…
”Alhamdulillah…. ” batinku denga rasa senang yang luar biasa, sambil menuntun motor honda prima tuaku dengan semangat… (rasa capek jalan jadi lupa…^^)
Sambil menunggu tukang tambal ban menyelesaikan pekerjaannya, saya merenung, betapa mulianya pekerjaan bapak tukang tambal ban tersebut,… karena saya baru merasakan bahwa sangat berharganya keberadaan mereka…! Coba kalo tidak ada mereka…?

Pengertian Pandangan Hidup

Pengertian Pandangan Hidup

Setiap manusia mempunyai pandangan hidup. Pandangan hidup itu bersifat kodrati. Karena itu ia menentukan masa depan seseorang. Untuk itu perlu dijelaskan pula apa arti pandangan hidup. Pandangan hidup artinya pendapat atau pertimbangan yang dijadikan pegangan, pedoman, arahan, petunjuk hidup di dunia. Pendapat atau pertimbangan itu merupakan hasil pemikiran manusia berdasarkan pengalaman sejarah menurut waktu dan tempat hidupnya.
Pandangan hidup banyak sekali macamnya dan ragamnya. Akan tetapi pandangan hidup dapat diklasifikasikan berdasarkan asalnya yaitu terdiri dari 3 macam :

Pandangan hidup yang berasal dari agama yaitu pandangan hidup yang mutlak kebenarannya.
Pandangan hidup yang berupa ideologi yang disesuaikan dengan kebudayaan dan norma yang terdapat pada negara tersebut.
Pandangan hidup hasil renungan yaitu pandangan hidup yang relatif kebenarannya

Setiap manusia mempunyai pandangan hidup. Pandangan hidup itu bersifat kodrati karena ia menentukan masa depanseseorang. Pandangan hidup artinya pendapat atau pertimbangan yang dijadikan pegangan, pedoman, arahan, petunjukhidup di dunia. Pendapat atau pertimbangan itu merupakan hasil pemikiran manusia berdasarkan pengalaman sejarahmenurut waktu dan tempat hidupnya. Dengan demikian pandangan hidup itu bukanlah timbul seketika atau dalam waktuyang singkat saja, melainkan melalui proses waktu yang lama dan terus menerus, sehingga hasil pemikiran itu dapat diujikenyataannya. Hasil pemikiran itu dapat diterima oleh akal, sehingga diakui kebenarannya. Atas dasar itu manusiamenerima hasil pemikiran itu sebagai pegangan, pedoman, arahan, atau petunjuk yang disebut pandangan hidup.Pandangan hidup berdasarkan asalnya yaitu terdiri dari 3 macam :1.Pandangan hidup yang berasal dari agama yaitu pandangan hidup yang mutlak kebenarannya2.Pandangan hidup yang berupa ideology yang disesuaikan dengan kebudayaan dan norma yang terdapat pada suatuNegara3.Pandangan hidup hasil renungan yaitu pandangan hidup yang relatif kebenarannya.Apabila pandangan hidup itu diterima oleh sekelompok orang sebagai pendukung suatu organisasi, maka panandanganhidup itu disebut ideology. Pandangan hidup pada dasarnya mempunyai unsure-unsur yaitu : cita-cita, kebajikan, usaha,keyakinan/kepercayaan. CIta-cita ialah apa yang diinginkan yang mungkin dapat dicapai dengan usaha atau perjuangan.Tujuan yang hendak dicapai ialah kebajikan, yaitu segala hal yang baik yang membuat manusia makmur, bahagia, damai,tentram. Usaha atau perjuangan adalah kerja keras yang dilandasi keyakinan/kepercayaan. Keyakinan/kepercayaan diukur dengan kemampuan akal, kemampuan jasmana, dan kepercayaan kepada Tuhan.

B. Cita – Cita
Menurut kamus umum bahasa Indonesia, yang disebut cita – cita adalah keinginan, harapan, tujuan yang selalu ada dalam pikiran. Baik keinginan, harapan, maupun tujuan merupakan apa yang mau diperoleh seseorang pada masa mendatang. Dengan demikian cita – cita merupakan pandangan masa depan, merupakan pandangan hidup yang akan datang. Pada umumnya cita – cita merupakan semacam garis linier yang makin tinggi, dengan perkataan lain, cita – cita merupakan keinginan, harapan dan tujuan manusia yang makin tinggi tingkatannya.

C. Kebajikan

Kebajikan atau kebaikan atau perbuatan yang mendatangkan kebaikan pada hakekatnya sama dengan perbuatan moral, perbuatan yang sesuai dengan norma – norma agama dan etika.

Untuk melihat apa itu kebajikan, kita harus melihat dari tiga segi, yaitu manusia sebagai mahluk pribadi, manusia sebagai anggota masyarakat dan manusia sebagai mahluk Tuhan.

Sebagai mahluk pribadi, manusia dapat menentukan senditi apa yang baik dan apa yang buruk. Suara hati selalu memilih yang baik, sebab itu ia selalu mendesak orang untuk berbuat yang baik bagi dirinya.
Sebagai anggota masyarakat, maka seseorang juga terikat dengan suara masyarakat. Setiap masyarakat adalah kumpulan pribadi – pribadi, sebagaimana suara hati tiap pribadi selalu menginginkan yang baik.
Sebagai mahluk Tuhan, manusia pun harus mendengarkan perintah Tuhan. Perintah tuhan selalu memerintahkan agar manusia berbuat baik dan menghindari perbuatan yang tidak baik.

D. Usaha / Perjuangan

Usaha / perjuangan adalah kerja keras untuk mewujudkan cita – cita. Setiap manusia harus kerja keras untuk kelanjutan hidupnya. Sebagian hidup manusia adalah usaha / perjuangan. Perjuangan untuk hidup dan ini sudah kodrat manusia. Tanpa usaha / perjuangan, manusia tidak dapat hidup sempurna. Apabila manusia bercita – cita menjadi kaya, ia harus bekerja keras. Apabila seseorang bercita – cita menjadi ilmuwan, ia harus rajin belajar dan tekun serta memenuhi semua ketentuan akademik.

E. Keyakinan / Kepercayaan

Keyakinan / kepercayaan yang menjadi dasar pandangan hidup berasal dari akal atau kekuasaan Tuhan. Menurut Prof.Dr.Harun Nasution, ada tiga aliran filsafat, yaitu aliran naturalisme, aliran intelektualisme dan aliran gabungan.

Aliran Naturalisme, hidup manusia itu dihubungkan dengan kekuatan gaib yang merupakan kekuatan tertinggi.
Aliran Intelektualisme, dasar aliran ini adalah logika / akal. Manusia mengutamakan akal, dengan akal manusia berpikir. Mana yang benar menurut akal itulah yang baik walaupun bertentangan dengan hati nurani.
Aliran Gabungan, dasar aliran ini ialah kekuatan gaib dan juga akal. Kekuata gaib artinya kekuatany yang berasal dari Tuhan (percaya adanya Tuhan sebagai dasar keyakinan). Sedangkan akal adalah dasar kebudayaan, yang menentukan benar tidaknya sesuatu.

F. Langkah – Langkah Berpandangan Hidup Yang Baik

Manusia pasti mempunyai pandangan hidup walau bagaimanapun bentuknya. Bagaimana kita memperlakukan pandangan hidup itu tergantung pada orang bersangkutan. Ada yang memperlakukan pandangan hidup itu sebagai sarana mencapai tujuan dan ada pula yang memperlakukan sebagai penimbul kesejahteraan, ketentraman dan sebagainya.

Akan tetapi yang terpenting, kita seharusnya mempunyai langkah – langkah berpandangan hidup. Adapun langkah – langkah itu sebagai berikut :

Mengenal, merupakan suatu kodrat bagi manusia yaitu merupakan tahap pertama dari setiap aktifitas hidupnya yang dalam hal ini mengenal apa itu pandangan hidup.
Mengerti, yang dimaksud dengan mengerti disini adalah mengerti terhadap pandangan hidup itu sendiri.
Menghayati, dengan menghayati pandangan hidup kita dapat memperoleh gambaran yang tepat dan benar mengenai kebenaran pandangan hidup itu sendiri.
Meyakini, merupakan suatu hal untuk cenderung memperoleh suatu kepastian sehingga dapat mencapai suatu tujuan hidupnya.
Mengabdi, pengabdian merupakan suatu hal yang penting dalam menghayati dan meyakini sesuatu yang telah dibenarkan dan diterima, baik oleh dirinya lebih – lebih orang lain. Dengan mengabdi maka kita akan merasakan manfaat dari tujuan hidup yang kita hayati dan yakini tersebut.

SEMOGA BERMANFAAT
TERIMAN KASIH.

Filosifi Catur Dalam Kehidupan

elain menjadi salah satu cabang olah raga yang eksklusif, saat ini permainan catur sudah menjadi suatu hiburan bagi masyarakat. Permainan antara dua orang yang saling adu strategi ini siap membawa pecintanya berlama-lama memainkannya. Siapa saja yang mempunyai strategi lebih baik, maka dia punya kesempatan untuk memenangkannya. Untuk memainkannya juga sangat sederhana, cukup mengerti tentang aturan mainnya maka kita sudah bisa bermain catur.

Sahabat, ketika kita sudah memainkannya, kita tidak hanya akan menemukan kesenangan belaka. Jika kita renungkan lebih jauh lagi kita akan menemukan sebuah filosofi hebat tentang kehidupan dalam permainan catur. Apa saja itu?


1. Jangan Pernah Meremehkan Kemampuan Diri Sendiri dan Orang Lain 
Dalam permainan catur terdapat sebuah pion. Hanyalah sebuah prajurit biasa. Namun jika ia bisa sampai petak terakhir, ia bisa promosi dan menjadi jauh lebih hebat seperti halnya benteng, kuda, gajah ataupun menteri. Seperti halnya dengan kehidupan, meskipun saat ini kita bukanlah siapa siapa, terlihat tidak berbakat ataupun belum berhasil, tetapi jika kita terus berjalan hingga garis akhir, maka bukan suatu yang mustahil jika suatu saat nanti kita bisa menjadi seseorang yang besar, berpengaruh dan bermanfaat bagi lingkungan.

2. Mengambil Keputusan Tepat dan Bijak Dalam Situasi Terjepit
Dalam permainan catur bisa muncul situasi skak, dimana diposisi ini raja sebagai aktor yang harus tetap hidup harus mengambil keputusan tepat agar sebuah kesatuan tetap bertahan dalam permainan. Seperti halnya dalam kehidupan, terkadang kita juga dihadapkan pada posisi yang sulit. Dari permainan catur kita bisa belajar bagaimana mengambil keputusan yang tepat ketika berada dalam posisi terjepit agar tetap survive dalam menjalani langkah-langkah kehidupan.

3. Selalu Melangkah dan Munculkan Gagasan Baru
Kemenangan dalam permainan catur adalah ketika kita berhasil mematikan raja lawan. Diperlukan banyak langkah dan strategi yang bervariasi untuk mencapai kemenangan tersebut, walaupun kadangkala kita juga bisa menang hanya dengan beberapa langkah. Seperti halnya dalam kehidupan ini, keberhasilan kita harus dilalui dengan langkah demi langkah dan selalu memunculkan gagasan-gagasan baru dalam langkah-langkah kita meuju tercapainya sebuah tujuan.

4. Berani Berkorban Untuk Hasil Yang Lebih Besar
Sebelum permainan dimulai kita dilengkapi dengan enam belas buah catur yang mempunyai satu tujuan untuk mengalahkan raja musuh. Dalam setiap langkah kita akan dihadapkan untuk mengambil keputusan mengorbankan pemain guna bertahan atau mungkin pengorbanan tersebut hanyalah sebuah strategi. Seperti halnya dalam kehidupan, untuk memperoleh sesuatu yang berharga perlu adanya pengorbanan baik itu tenaga, pikiran ataupun materi.

5. Kita Tidak Sendirian, Kita Membutuhkan Orang Lain 
Dalam permainan, setiap catur mempunyai kelebihan masing-masing dan merupakan sebuah kesatuan dalam permainan itu sendiri. Seperti halnya dalam kehidupan, kita mempunyai kelebihan yang berbeda dari orang lain. Dari perbedaan tersebut kita bisa mengambil sebuah hikmah bahwa kita didunia ini telah dilengkapi dengan  kelebihan-kelebihan orang lain yang bisa digunakan untuk menutupi kekurangan kita. Untuk memperoleh kesuksesan, kita membutuhkan orang lain.

Itulah tadi filosofi-filosofi dalam permainan catur yang bisa kita terapkan dalam kehidupan. Terima kasih telah membaca artikel ini semoga bermanfaat untuk sahabat semua.

Hidup Itu Seperti Permainan Catur


en-passantAda hitam, ada putih. Seperti hidup ini ada cahaya, namun ada pula kegelapan. Ada protagonis, ada antagonis. Menyerang juga bertahan. Melawan juga menghindar. Ada masanya di mana untuk menang kita harus menyerang. Namun ada pula masanya di mana untuk menang kita harus bertahan. Semuanya terangkum dalam tatanan Chaos and Order. Fight or flight. Yin and Yang.
Terkadang dalam hidup kita terlalu mengejar materi. Namun materi pula yang pada akhirnya dapat membinasakan kita. Sama seperti permainan catur, tujuan akhirnya adalah skak mat (checkmate), bukan sekedar banyak-banyakan makan bidak lawan. Lantas apa tujuan hidupmu?
Terkadang dalam hidup kita terlalu mengutamakan posisi, ibaratnya pangkat dan derajat. Namun ternyata posisi yang di atas belum tentu selamanya di atas. Dan juga posisi di depan tidak selalu menjadi pemenang. Zenith dan Nadir akan selalu silih berganti. Bahkan dulu di sekolah ada gurauan seperti ini “Posisi menentukan prestasi”. Dan ternyata itu benar. (setidaknya dalam kamus saya). Lantas di mana posisi hidupmu?
Dalam catur, akan ada banyak kejutan. Begitu pula dalam hidup. Mungkin kita bisa memprediksi dan menganalisis beberapa kemungkinan yang akan terjadi. Tapi sayangnya itu hanya sebagian kecil. Terlalu banyak faktor dan konstanta yang mendeterminasikan hidup.
Dalam catur, terkadang untuk menang kita harus melakukan pengorbanan (sacrifice). Begitu pula dalam hidup. Akan selalu ada hal-hal yang dikorbankan. Bisa jadi waktu. Bisa jadi tenaga. Bisa jadi harta. Bisa jadi harga diri #naudzubillah. Dan banyak hal-hal lain untuk dikorbankan.
Konon saat pendaratan manusia pertama di bulan. Neil Armstrong bilang begini, “This is just one small step for a human being. But this is one big leap for a mankind.” Terlepas dari fenomena apakah pendaratan itu nyata atau rekayasa, poinnya bukan di situ. Tapi pada kata “step”. Langkah. Akan selalu ada langkah pertama yang menentukan kelanjutan masa depan. Dalam catur dikenal dengan istilah pembukaan (opening). Salah langkah, salah arah.
Pembukaan catur pun ada bermacam-macam seperti Ruy Lopez, Queen’s Gambit, English Opening, French Defense, Dutch Defense, Bird’s Opening, Fianchetto Grunfeld, Sicillian, Nimzo Indian dan banyak lainnya. Sama seperti manusia. Individu satu dan lainnya memiliki karakter yang berbeda dengan kapasitas yang berbeda.
Yang lebih konyol, dalam hidup ada orang-orang yang suka menusuk dari belakang a.k.a backstabbers a.k.a musuh dalam selimut. Ternyata dalam catur juga ada, “en passant“. Ketika pion sudah 1 langkah melewati garis tengah, ketika ada pion lawan yang maju dua langkah tepat di sisi kanan atau kiri pion tadi, maka pion lawan boleh dimakan secara diagonal. Itulah “en passant”.
Kadang manusia menipu, kadang memanipulasi, kadang pula mengadu. Reaksi lawannya juga berbeda. Ada yang terkecoh, ada yang reaktif, ada yang defensif, ada pula yang santai-santai saja.
Kata siapa jadi raja itu enak? Ga selalu. Yang hampir pasti raja selalu diserang. Raja pun kadang ditumbangkan. Sama seperti hidup. Pemimpin selalu diserang. Contoh yang paling sepele tanyakan saja sama anak kelas 3 SD. Kalau kelas gaduh dan beberapa siswa ribut, coba tebak siapa yang bakal dimarahi? Ya ketua kelasnya… #LOL Yang gaduh siapa, yang dimarah siapa. Namun yang lebih penting mau jadi raja atau bidak. Pemimpin atau yang dipimpin. Semuanya saling melengkapi seperti komplemen. Satu saja kurang, maka tidak akan ada artinya.
Dan pada akhirnya, dalam catur ada kondisi checkmate dan stalemate. Jika kita yang melakukan checkmate maka kita yang akan menang, sebaliknya jika lawan yang melakukan checkmate maka kita yang akan kalah. Lain lagi dengan stalemate, dalam kondisi ini saat tiba giliran melangkah maka raja maupun bidak catur lainnya tidak ada yang bisa melangkah (draw). Begitulah…  Dalam hidup pun kita bisa melanjutkan langkah, menghentikan langkah, atau tidak bisa melangkah lagi (stagnan). So???
Kalau dunia ini adalah panggung sandiwara, maka catur adalah miniatur kehidupan.
Source:
http://sepetjian.wordpress.com/2011/09/26/en-passant-a-brief-rebuttal