Entri Populer

Selasa, 02 Juni 2015

Filsafat Ilmu Alam

Filsafat Ilmu Alam


BAB I
PENDAHULUAN
Salah satu factor yang telah membawa ilmu-ilmu alam kebentuknya yang sekarang ini adalah aturan permainan yang digunakan dalam proses pengembangannya. Sebenarnya memang tidak ada perjanjian tertulis yang membatasi lingkup kerja serta pola para pengembang ilmu-ilmu alam. Namun dalam perjalanan sejarahnya cukup panjang itu rupanya telah tumbuh saling pengertian dan kesepakatan yang hidup dan dihayati oleh masyarakat pengembang ilmu alam.

Perkembangan Ilmu alam berawal dari para pemikir Yunani kuno diabad 6 dan 5 SM, telah memikirkan tentang unsure utama dasar alam atau jagat raya ini. Mereka adalah Thales, menjelaskan bahwa unsure utama alam adalah air, anaximandros menjelaskan bahwa unsure utama alam adalah udara, Heraklitos menjelaskan bahwa unsure utama alam adalah api, Empedokles menjelaskan bahwa unsure utama alam adalah tanah. Alam ini hidup, artinya mempunyai energy dalam dirinya sendiri untuk berubah dan berkembang dalam suatu ruang. Ruang adalah tempat untuk hidup, berubah dan berkembangnya alam (materi).
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Ilmu alam

Ilmu alam (natural science) atau ilmu pengetahuan alam adalah istilah yang digunakan yang merujuk pada rumpun ilmu dimana objeknya adalah benda-benda alam dengan hukum-hukum yang pasti dan umum, berlaku kapan pun dimana pun.

Sains (science) diambil dari kata latin scientia yang arti harfiahnya adalah pengetahuan. Sund dan Trowbribge merumuskan bahwa Sains merupakan kumpulan pengetahuan dan proses. Sedangkan Kuslan Stone menyebutkan bahwa Sains adalah kumpulan pengetahuan dan cara-cara untuk mendapatkan dan mempergunakan pengetahuan itu. Sains merupakan produk dan proses yang tidak dapat dipisahkan. "Real Science is both product and process, inseparably Joint".

Sains sebagai proses merupakan langkah-langkah yang ditempuh para ilmuwan untuk melakukan penyelidikan dalam rangka mencari penjelasan tentang gejala-gejala alam. Langkah tersebut adalah merumuskan masalah, merumuskan hipotesis, merancang eksperimen, mengumpulkan data, menganalisis dan akhimya menyimpulkan. Dari sini tampak bahwa karakteristik yang mendasar dari Sains ialah kuantifikasi artinya gejala alam dapat berbentuk kuantitas.

Menurut Poedjawijatna ilmu alam adalah ilmu yang berobyek fakta alam, percobaan yang mungkin ditimbulkan semuanya mempunyai tujuan untuk mencari hokum yang umum dan pasti.

Dapat disimpulkan, bahwa ilmu alam adalah ilmu yang mempelajari tentang gejala-gejala alam yang terjadi di alam semesta.
B. Ruang Lingkup Ilmu Alam

Ilmu-ilmu alam membatasi diri dengan hanya membahas gejala-gejala alam yang dapat diamati. Tentu saja pengamatan yang dimaksud disini lebih luas dari pada hasil interaksi langsung dengan panca indera kita, yang memang lingkup kemampuannya sangat terbatas. Tuntutan lebih lanjut bagi gejala alam yang lazim dibahas dalam ilmu-ilmu alam adalah bahwa pengamatan gejala itu dapat diulangi dengan orang lain.ilmu-ilmu alam bukan hanya kumpulan lukisan gejala alam. Ada semacam keyakinan bahwa masing-masing gejala alam itu tidak berdiri sendiri, tetapi saling berkaitan dalam suatu pola sebab akibat yang dapat difahami dengan penalaran yang saksama. Ini menjadi tugas teori ilmu-ilmu alam.

Manusia adalah bagian dari alam, ia mengadakan interaksi dengan alam, menangkap gejala alam kemudian mencari hakikatnya. Hakikat dari gejala alam dikemas dalam ilmu alam yang berkembang pada tahun 1700-an. Ilmu alam telah mencapai perkembangan yang menyeluruh, sistematik, dan ilmiah, jika dibandingkan dengan ilmu social. Hal itu disebabkan karena unsur-unsur alam mudah diteliti di laboraturium.

Pekerjaan pertama ahli ilmu alam adalah mengobservasi materi, misalnya Euclid mengobservasi gerakan matahari; Plolemeus meneliti tentang bumi sebagai pusat jagat raya; ahli-ahli matematika arab menentukan angka decimal dan aljabar dan kimia. Ilmu alam yang pertama adalah membahas tentang mekanika benda-benda bumi dan angkasa yang diijelaskan secara matematika.

Karya matematika zaman kuno disempurnakan oleh Descartes di tahun 1600-an kemudian dikembangkan perhitungan deferensial integral oleh Leibniz. Kepler menemukan hokum-hukum gerak planeter dan newton merumuskan hokum-hukum umum gerak materi. Pada abad 17 dan 18 lahir teori pembakaran (Combustion­) dalam ilmu kimia, yaitu jika logam dipanaskan maka bobotnya akan lebih berat; teori ini disebut teori Phlogestis.

Semua perubahan dan perkembangan dalam alam diingkari, dinegasi. Para filosof Yunani kuno menyatakann bahwa dunia ini timbul dari kekacauan yang luar biasa, yaitu sesuatu yang telah berkembang dan telah menjadi.

Kant menyatakan hipotesis Nebular atau kabut bintang, atau bintang berpijar (1755), yang memandang system surya telah dibentuk dari Nebula, bumi dan seluruh system solar muncul sebagai sesuatu yang telat menjadi dalam predaran waktu; dan Laplace menyatakan hipotesis system solar (1835), William Huggins (1865) membuktikan keberadaan dalam angkasa luar, materi serba gas yang panas yang serua denagn nebula asli yang disebutkan dalam hipotesis kant dan laplase.

Penemuan Kant itu menjadi titik tolak bagi kemajuan ilmu. Apabila bumi itu sesuatu yang telah menjadi, maka keadaan geologi, geografi dan Klimatiknya sekarang, dan tanaman-tanaman dan bintang-bintangnya secara serupa, mestinya juga sesuatu yang menjadi; yang mestinya mempunyai sesuatu sejarah ko-eksistensi dalam ruang dan waktu. Mayer di Heilbronn dan Joule di Manchester (1842) memperagakan transformasi panas menjadi energi mekanikan dan dari energy mekanikan menjadi panas. Grove dalam bukunya the Correlation of Physical forces (1846) menjelaskan bahwa semua energy fisik, energy mekanika, panas, cahaya, listrik, magnetism dan bahkan yang dinamakan energy kimiawi, ditransformasikan yang satu menjadi yang lainnya dalam keadaan-keadaan tertentu tanpa kehilangan energy yang timbul; hal itu seperti dikatakan Descartes bahwa kuantitas gerak yang terdapat didunia adalah tetap, materi bergerak, berubah dan berkembang menjadi materi lain menurut hokum-hukum tertentu. Ilmu fisika, seperti astronomi adalah materi yang bergerak.

Dengan terus berkembangnya ilmu-ilmu alam yang ditemukan dan diteliti oleh para ahli, ilmu-ilmu alam dapat dibagi menjadi dua kelompok yakni ilmu alam dan ilmu hayat. Ilmu alam bertujuan mempelajari zat yang membentuk alam semesta, sedangkan ilmu hayat mempelajari makhluk-makhluk hidup didalamnya ilmu alam kemudian bercabang ladi menjadi fisika, kimia, astronomi, geografi, geologi, biologi, ilmu bumi, zoology, botani, mineralogy, mekanika dan lain-lain.
C. Sumber Ilmu alam

Hakikatnya ilmu alam dibangun berbasis peristiwa gejala alam yang dapat dipengaruhi kehidupan manusia dalam mengelola alam. Kemampuan daya nalar manusia menata pengalamannya secara sistematis, sistemik, dan dapat diperbandingkan sepanjang waktu terhadap alam disusun menjadi ilmu alam.

Ilmu alam meneliti perubahan alam, bahwa perubahan itu adalah dari factor internal atas kontradiksi berbagai unsure dalam alam. Proses gerak alam itu tidak ada campur tangan manusia; gerak itu murni dari factor internal alam itu sendiri, oleh sebab itu proses itu dianalisis dengan menggunakan hokum dialektika (paradigma saling hubung, kontradiksi dan perubahan).

Filsafat meneliti perubahan alam karena campur tangan manusia, ukuran manusia adalah kemampuannya mengubah alam yang lebih bermanfaat untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Dalam proses itu integensi manusia meningkat, dan gerak materi atas campur tangan manusia itu harus dianalisis berdasarkan hokum sebab akibat.
D. Kerangka berpikir Ilmu alam

Kerangka berfikir ilmu-ilmu alam lebih menitikberatkan kepada yang realitas saja atau lebih dikenal dengan aliran positifisme. Adapun dalam perkembangan ilmu-ilmu tersebut sangat dipengaruhi oleh aliran positifisme.

Positifisme bertujuan dalam menjadikan ilmu pengetahuan dengan fondasi yang kuat dan terpercaya, ajaran dari positivisme antara lain:
1. Dalam alam terdapat hukum-hukum yang dapat diketahui
2. penyebab adanya benda-benda dalam alam tidak dapat diketahui (bandingkan dengan teori evolusi Darwin, karena ilmuwan tidak dapat melihat penyebabnya)
3. Setiap penyataan yang secara prinsip tidak dapat dikembalikan pada fakta tidak mempunyai arti nyata dan tidak masuk akal
4. Hanya hubungan antara fakta-fakta saja yang dapat diketahui
5. Perkembangan intelektual merupakan sebab utama perubahan social.
E. Metode Penelitian Ilmu Alam (Positifisme)

Istilah ‘positif” sering digunakan dalam penulis-penulis yang terkenal, seperti Durkhein dan lainnya bahwa maksudnya adalah filsafat positifisme. Fakta positivis adalah fakta real atau yang nyata. Hal positif (a positive fact) adalah sesuatu yang dapat dibenarkan oleh setiap orang yang mau membuktikannya. Fakta positivis yang diolah melalui metode ilmu-ilmu alam diterima sebagai fondasi pengetahuan yang valid, filsafat social yang berkembang sejak dari plato, aristoteles dan pemikir-pemikir lain telah spekulatif, sehingga tidak memenuhi syarat keilmuan dan dianggap tidak bermanfaat oleh pendukung positivisme.

Positivisme sebagai paham filsafat membatasi pengetahuan yang benar pada hal-hal yang dapat diperoleh dengan memakai metode ilmu-ilmu alam (induksi). Hal yang positif (a positive fact) adalah fenomena yang mesti dibenarkan oleh setiap orang yang mempunyai kesempatan yang sama untuk menilai (membuktikan). Positivisme menerima dan membenarkan gejala empiris sebagai kenyataan (naturalisme) dan berfikir bahwa berfikir ilmiah yang benar adalah berfikir obyektif, sebagai model berfikir yang tidak terikat pada individu akan tetapi berlaku untuk semua orang. Metode ilmiah didasarkan pada sejumlah asumsi-asumsi yang biasanya diterima begitu saja, artinya tidak dipertanyakan lagi secara kritis.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan

Ilmu alam adalah ilmu yang mempelajari tentang gejala-gejala alam yang terjadi di alam semesta. Ruang lingkup pembahasan ilmu alam itu meliputi hal-hal yang berkaitan dengan peristiwa yang terjadi di alam yang kemudian diteliti dan diamati oleh para ahli ilmu alam saat itu, yang kemudian ilmu alam berkembang dan dibagi menjadi beberapa cabang disiplin ilmu, diantaranya: fisika, geografi, geologi, biologi, kimia, astronomi, ilmu bumi dan lain-lain.

Sumber kajian dari Ilmu alam dibangun berbasis peristiwa gejala alam yang dapat dipengaruhi kehidupan manusia dalam mengelola alam. ilmu alam dibangun berbasis peristiwa gejala alam yang dapat dipengaruhi kehidupan manusia dalam mengelola alam.

Kerangka berfikir ilmu-ilmu alam lebih menitikberatkan kepada yang realitas saja atau lebih dikenal dengan aliran positifisme. Adapun dalam perkembangan ilmu-ilmu tersebut sangat dipengaruhi oleh aliran positifisme.
Positivisme sebagai paham filsafat membatasi pengetahuan yang benar pada hal-hal yang dapat diperoleh dengan memakai metode ilmu-ilmu alam (induksi).
DAFTAR PUSTAKA
Poedjawijatna, Tahu dan Pengetahuan Pengantar ke Ilmu dan Filsafat, Jakarta: Rineka Cipta, 2004
Prawironegoro, Darsono. Filsafat Ilmu. Jakarta: Nusantara Konsulting, 2010
Salam. Burhanuddin, Logika Materil Filsafat Ilmu Pengetahuan, Jakarta: Rineka Cipta, 2003
Suriasumantri, Jujun S. Ilmu Dalam Perspektif, sebuah karangan tentang hakekat ilmu, Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. 2009
Vardiansyah, Dani. Filsafat Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar. Jakarta: Indeks, 2008
Yusuf Lubis, Akhyar. Filsafat Ilmu Metodologi Posmodernis. Cimangis: Akademia, 2004

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Mohon Kritik dan Saran